Selasa 31 Dec 2013 15:27 WIB

Aktivitas Religius Jadi Alternatif

Rep: c20/ Red: Damanhuri Zuhri
Zikir akhir tahun atau zikir nasional di Masjid At-Tin, Jakarta.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Zikir akhir tahun atau zikir nasional di Masjid At-Tin, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh:  Djoko Suceno/Amri Amrullah

Masih banyak yang salah kaprah dalam menyambut pergantian tahun.

BANDUNG — Bentuk introspeksi diri pada malam pergantian tahun bukan berupa pesta hura-hura. Aktivitas religius menjadi solusi untuk umat Islam dalam berintrospeksi. Langkah ini penting agar malam Tahun Baru 2014 bermanfaat positif.

Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) KH Athian Ali M Da'i mengajak umat Islam untuk mengisi malam tahun baru dengan kegiatan agama.

“Sudah saatnya dalam merayakan pergantian tahun dilakukan di masjid-masjid atau tempat umum yang jauh dari hura-hura,” kata Athian, Ahad (29/12).

Dia mengatakan, umat Islam masih banyak yang salah kaprah dalam menyambut pergantian tahun. Mereka mengisinya dengan hura-hura, mabuk, dan kegiatan tak bermanfaat lainnya. Menurut Athian, kegiatan itu harus dihentikan dan diganti dengan aktivitas religius, seperti zikir.

Kegiatan zikir juga penting untuk dilakukan pemerintah daerah (pemda). Menurut Athian, masih banyak pemda yang mengisi malam tahun baru dengan kegiatan mudarat, seperti pesta kembang api dan musik.

“Harusnya, kepala daerah mengarahkan masyarakatnya merayakan pergantian tahun dengan hal positif,” kata dia.

Republika merupakan penggagas kegiatan Dzikir Nasional pada malam pergantian tahun. Dzikir Nasional ke-12 akan berlangsung di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa (31/12).

Zikir pada malam Tahun Baru 2014 ini mengusung tema “Untuk Indonesia Lebih Baik”. Masyarakat tak hanya berzikir, tapi juga berdoa bersama untuk bangsa. Acara serupa berlangsung di Bandung dan Yogyakarta.

Kegiatan ini menginspirasi kegiatan-kegiatan zikir di sejumlah daerah. Bahkan, kegiatan zikir pada malam pergantian tahun sudah menjadi tren.

Ulama di berbagai daerah mengimbau warganya untuk mengisi tahun baru dengan kegiatan religius. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Samarinda KH Zaini Naim tidak membenarkan kegiatan hura-hura.

“Perayaan malam pergantian tahun tersebut disambut secara sederhana, jika perlu, dilakukan di tempat ibadah atau di rumah masing-masing,” ujar Zaini.

Dia juga mengajak seluruh umat Islam merayakan malam tahun baru dengan aksi keprihatinan terhadap apa yang telah diperbuat selama satu tahun sehingga ke depan dapat melakukan perbaikan.

Sekretaris Eksekutif Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Benny Susatyo berharap, anak muda Indonesia tidak berpesta menyambut tahun baru, tetapi harus prihatin dengan kondisi bangsa. Anak muda yang hanya berpesta telah mempertaruhkan masa depan diri dan bangsanya.

Terlebih, jumlah kaum muda hampir 60 juta dan memiliki hak pilihnya untuk menentukan masa depan bangsa. “Kalau mereka masa bodo dan hanya tahu menyambut tahun baru hanya berpesta, dipastikan juga tidak akan ada perubahan yang signifikan perbaikan bangsa ini,” kata Romo Benny, Jumat (27/12).

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement