Sabtu 28 Dec 2013 19:07 WIB

Indonesia Alami Krisis Spiritual Akut

Pameran Kaligrafi
Foto: Republika/Prayogi
Pameran Kaligrafi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amri Amrullah

JAKARTA - Bangsa Indonesia saat ini dinilai memiliki krisis spiritual yang semakin akut dan menjadi. Krisis spiritual ini dinilai bukan hanya terjadi pada sebagian kalangan lapisan masyarakat saja. Tapi bahkan hampir melingkupi seluruh elemen bangsa.

Hal ini disampaikan Dosen Ilmu Filsafat, Tauhid dan Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Hamdani dalam diskusi refleksi akhir tahun Krisis Spiritual Bangsa yang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Jumat (27/12).

"Banyak umat Islam Indonesia yang semakin tidak mengenal Allah, sehingga mereka menyembah Allah tapi menghamba ke makhluk dan harta benda," ujarnya.

Menurut Hamdani, krisis spiritual bangsa ini dapat dilihat dari semakin krisisnya pengetahuan tentang Allah. Esensi ilahi hanya dipandang ketika beribadah.

Sehingga esensi Allah semakin samar, abstrak bahkan semakin tidak jelas di setiap kehidupan. Kemudian, krisis spiritual lain adalah krisi kesadaran tentang Allah.

Menurut dia, krisis kesadaran tentang Allah SWT ini ditandai dengan tidak hadirnya Allah dalam setiap gerak dan laku. "Mereka seakan-akan bisa hidup sendiri, bisa berpikir sendiri tanpa tergantung kepada Allah SWT."

Kemudian yang terakhir, menurut dia, krisis spiritual masyarakat Indonesia karena krisis pengalaman tentang Allah.

Krisis pengalaman tentang Allah ini ditandai dengan kedangkalannya memahami realitas. Karena segala sesuatu diukur dengan materi dan kekayaan.

Sehingga menafikan adanya realitas yang mutlak dan tidak terbatas, yakni Allah tuhan pemilik segalanya. Akibat dari krisis spiritual ini, kata Hamdani, berdampak pada krisis yang lebih besar, yakni krisis sosial dan moral bangsa.

"Krisis spiritual tidak hanya membawa bangsa ini pada krisis iman dan aqidah semata, tapi juga membawa efek buruk lain pada krisis di pemerintahan, pendidikan, hukum, ekonomi dan politik," ungkapnya.

Karenanya, Hamdani menekankan perlunya solusi bersama agar bangsa ini keluar dari krisis tersebut, yakni dengan transformasi spiritual.

Transformasi spiritual ini, jelas Hamdani, dengan cara mengupayakan kesadaran kritis kehadiran Allah SWT dalam setiap tingkah dan laku.

"Sehingga setiap mereka yang berupaya mencapai kesadaran kritis ini, mendapatkan kembali hakikat spiritual mereka yang terbatas dan bergantung pada Allah."

Wakil Redaktur Pelaksana Koran Republika, Syahruddin El Fikri mengungkapkan, upaya menghadirkan Allah di kehidupan sehari-hari ini cukup sulit, terlebih bagi mereka yang sangat awam.

Transformasi spiritual dengan menghadirkan Allah bukan berarti berupaya melihat wujud, akan tetapi merasakan Allah SWT ada dalam setiap bagian dari upaya kita.

Terkait krisis spiritual, jelas Syahruddin, bangsa ini memang sudah mengalami krisis spiritual yang akut. Ini dikarenakan mereka yang selama ini melakukan pendekatan spiritual tidak membekas sama sekali setiap ritual yang mereka lakukan.

"Akibatnya mereka shalat, berzakat bahkan berhaji tapi tetap saja korupsi dan maksiat," ujarnya sembari nemambahkan sebenarnya upaya menghadirkan Allah itu sederhana seperti yang telah Allah sampaikan dalam surah Al Kahfi ayat 110.

Allah SWT berfirman, ''Barang siapa yang ingin merasakan kehadiran Allah, maka perbanyaklah berbuat baik dan jangan sekali-kali menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun' (termasuk materi, harta dan kekuasaaan)," ujarnya. "Ini cara yang paling mudah diberikan Allah kepada kita."

Selain itu, Syahruddin menekankan, penguatan spiritual juga harus memperhatikan hakekat ritual yang sesuai syariah.

Hal itu dikarenakan Islam mengajarkan aspek syariah sebagai upaya mendapatkan kesempurnaan spiritual. Sehingga Syariat, Hakikat dan Ma'rifat dalam keberagamaan ini tetap dapat dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement