Rabu 18 Dec 2013 20:08 WIB

Dinilai Tahan Kritik, SBY: Tak Ada Orang Menyepak Anjing Mati

Rep: Esthi Maharani/ Red: Fernan Rahadi
Susilo Bambang Yudhoyono
Foto: ANTARA FOTO/Andika Wahyu/mes/13.
Susilo Bambang Yudhoyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merespons anggapan ia termasuk tokoh yang tahan dikritik. Menurutnya, sudah menjadi konsekuensi sebagai pemimpin untuk selalu dikritik dan dicemooh. Ia menganggapnya sebagai takdir dan nasibnya sebagai pemimpin.

“Karena saya pemimpin, ya sudah menjadi takdir saya, nasib saya,’ katanya saat menghadiri peringatan HUT ke-76 LKBN Antara, Rabu (18/12).

Ia pun mengutip sebuah falsafah. Dalam falsafah itu mengandaikan tidak ada orang yang menyepak anjing mati. Bila diibaratkan seekor anjing, maka ketika masih ada yang menyepaknya, artinya ia masih hidup.

“Ada falsafah, tidak ada orang yang menyepak anjing mati. Jadi, kalau saya disepak berarti saya masih hidup,” katanya.

Menurutnya, menjadi pemimpin tidak akan aman dari hujanan kritik dan cemoohan. Kalau mau tetap aman dari kondisi itu, maka satu-satunya jalan adalah tidak mengatakan apa-apa dan tidak melakukan apa-apa.

Ia mengakui meski tahan kritik dan cemoohan, bukan berarti tidak merasakan sama sekali. “Tidak mungkin manusia hidup do nothing. Artinya saya masih hidup kalau diserang, dihantam, dicemooh, dihina. Itulah yang mengontrol saya, hati saya, pikiran saya. Omong kosong kalau diantara saudara diserang, dihantam, terus tidak merasa. Mesti ada-lah,” katanya.

Namun, sebagai presiden, kondisi itu harus dihadapi dan siap karena jabatan itu menjadi target dan serangan utama dari berbagai penjuru. Selama Sembilan tahun memimpin, ia merasa telah cukup membuktikan bisa berdamai dengan kritikan dan cemoohan. Meskipun, ditekankannya lagi, ia masih tidak bisa menerima jika serangan padanya berupa fitnah yang tak berdasar.

“Sekali lagi jangan fitnah. Karena fitnah, siapapun, tidak bisa melupakan dan mudah-mudahan politik kita, demokrasi kita terbebas dari itu semua,” katanya.

Jelang pilpres, ia pun berharap agar kompetisi para capres bisa dilakukan secara sehat dan tidak berbaur dengan bumbu kampanye hitam ataupun fitnah. Jika ingin menjadi pemimpin dan meraih kekuasaan, lanjutnya, maka raihlah dengan jalan yang terang dan benar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement