Selasa 03 Dec 2013 18:05 WIB

Parpol Dinilai Belum Fokus di Pilpres 2014

Partai Politik
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Partai Politik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Charta Politica, Yunarto Wijaya, mengatakan bahwa pada kampanye Pilpres 2014, parpol akan tetap lebih 'menjual' citra figur bakal capresnya dan belum fokus menawarkan program kerja.

"Sejauh ini, belum pernah ada partai politik yang fokus pada programnya ketika berkampanye karena mereka menyadari hal itu tidak akan menarik hati pemilih. Hal itu masih akan terjadi pada Pilpres 2014," kata Yunarto saat dihubungi di Jakarta, Selasa (3/12).

Fenomena itu, menurut dia, disebabkan perilaku pemilih di Indonesia belum sepenuhnya rasional, bahkan masih didominasi dengan para pemilih yang bersifat emosional. Ia mengatakan pemilih yang bersifat tidak rasional memiliki kecenderungan untuk menentukan pilihan dengan melihat citra luar dari para tokoh capres.

"Tidak bisa disalahkan juga bila partai tidak fokus terhadap program kerjanya karena mereka menyadari bahwa para pemilih di Indonesia kebanyakan tidak bersikap rasional dalam menentukan pilihannya," ungkapnya.

Penyebab lainnya, kata dia, adalah perilaku pemilih yang seringkali apatis sehingga agak sulit untuk diintervensi dengan isu-isu kampanye yang berkaitan dengan program kerja capres. Oleh karena itu, ia memprediksi pada kampanye-kampanye Pilpres 2014 pun hampir tidak ada partai politik yang akan benar-benar fokus menawarkan program kerja yang jelas dengan cara implementasinya.

"Setiap partai tentu akan menyertakan program dalam berkampanye, tetapi itu sifatnya hanya 'kosmetik'. Hanya sebagai pelengkap dalam penciteraan politik," ujarnya. Yunarto menambahkan, ada dua hal yang tetap akan dilakukan parpol dalam kampanye Pilpres 2014, yaitu penciteraan sosok capres dan politik uang.

"Dengan kondisi pemilih seperti itu, partai secara pragmatis akan menjual figur capres karena demokrasi kita masih demokrasi yang melihat sosok," jelasnya. "Kedua, karena tahu pemilih itu apatis, partai bisa lebih pragmatis lagi dengan 'membeli' suara pemilih melalui praktik 'money politic'," tambahnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement