Sabtu 30 Nov 2013 16:26 WIB

Dahlan: Konvensi Demokrat Bukan Untuk Elektabilitas Demokrat

Menteri BUMN, Dahlan Iskan
Foto: Antara
Menteri BUMN, Dahlan Iskan

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Menteri BUMN Dahlan Iskan menegaskan bahwa konvensi Capres Partai Demokrat yang diikutinya sebenarnya bukan untuk mendongkrak elektabilitas partai itu seperti prediksi pengamat.

"Konvensi itu bukan untuk elektabilitas seperti kata pengamat, tapi berangkat dari keprihatinan Pak SBY tentang mudahnya terpilih pemimpin bangsa yang tidak berkualitas," katanya di Surabaya, Sabtu.

Di hadapan 400-an mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) dalam "Seri Kuliah Kepresidenan" oleh Departemen Mata Kuliah Umum (MKU), ia menjelaskan Konvensi Capres Demokrat itu ingin mengawinkan dua fakta.

"Ada pemimpin yang tidak berkualitas tapi bisa diterima atau populer, tapi ada pemimpin yang tidak bisa diterima (tidak populer) tapi berkualitas, nah konvensi itu mengawinkan keduanya," katanya.

Jadi, kata salah seorang peserta Kovensi Capres Demokrat itu, target konvensi adalah lahirnya pemimpin berkualitas yang bisa diterima (populer).

"Itu penting, karena demokrasi kita masih menyamakan antara suara profesor atau rektor dengan suara penganggur, padahal itu tidak adil, karena itu konvensi menjadi sarana penyaring," katanya.

Bahkan, kata mantan Dirut PT PLN itu, peserta Konvensi Capres Demokrat itu tidak dipilih begitu saja, melainkan didasarkan survei terhadap 250 guru besar dan dokter dari universitas se-Indonesia.

"Sayangnya, nama-nama yang tersaring tidak semuanya mau menerima undangan konvensi itu, bahkan saya sendiri mau menerimanya dalam 1-2 hari menjelang berakhirnya pendaftaran peserta konvensi," katanya.

Wartawan kawakan yang juga pendiri Jawa Pos Grup itu mengaku dirinya memutuskan untuk menerima karena tokoh yang dijagokan justru mendorong dirinya. "Saya mengusulkan Pak Chairul Tandjung," katanya.

Selain itu, dirinya juga mendaftar agak terlambat karena dirinya memang tidak mau mendaftarkan diri, kecuali diperintah. "Saya benar-benar tidak mau mendaftar, tapi

Presiden akhirnya meminta," katanya.

Namun, katanya, ada dua alasan yang membuat dirinya mantap yakni tujuan konvensi untuk menggabungkan kualitas dan popularitas, serta kemajuan Indonesia sudah berjalan sesuai "rel" yang tepat.

"Kalau rel itu kita ikuti, maka bukan tidak mungkin akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju nomer 9 dalam enam tahun ke depan, nah saya terpanggil agar 'rel' itu tidak belok-belok," katanya.

Menurut dia, jika bukan karena alasan itu, maka dirinya tidak akan mau menjadi capres. "Emangnya enak jadi presiden, saya tahu sendiri bahwa presiden itu dihujat kemana-mana," katanya.

Bahkan, katanya, jika diharuskan memilih, maka dirinya akan memilih untuk menjadi orang bebas. "Terus terang, jadi menteri atau jadi Dirut PT PLN itu juga sempat saya tolak," katanya.

Namun, ia akhirnya mau menerimanya, karena semua keberatannya dapat "dipatahkan" Presiden Yudhoyono. "Misalnya, saya bukan insinyur atau ekonom, tapi Pak SBY bilang kalau butuh manajer dan leader," katanya

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement