REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad mengatakan kriteria pemimpin ke depan yang diinginkan masyarakat sebenarnya sangat sederhana. Menurutnya pemimpin tidak perlu terlalu pintar, selama memenuhi tiga kriteria.
"Pemimpin enggak perlu terlalu pintar, asalkan jujur, sederhana, dan harus berani. Tiga itu aja yang dirumuskan," kata Samad di Salemba, Jakarta, Selasa (26/11).
Samad mengatakan, merumuskan pemimpin masa depan sangat sederhana. Lantaran pada dasarnya, masyarakat cenderung meniru pemimpinnya. Jika pemimpin lurus dan jujur, kemungkinan besar rakyatnya akan meniru. "Tapi kalau pemimpin hidup hedonis, masyakarat akan menirunya," ujarnya.
Budaya hedonis, menurutnya akan mengantarkan siapapun pada perilaku korupsi. Arus globalisasi dan transportasi yang cepat, akan berpengaruh buruk karena Indonessia tidak punya proteksi. Nilai-nilai lokal pun saat ini sudah tergerus oleh arus globalisasi. Sehingga budaya hedonis dan konsumeristik memicu orang-orang menjadi koruptor.
Pemimpin yang sederhana, Samad melanjutkan, akan memberikan ketauladanan bagi rakyatnya. Tak hanya ditiru, pemimpin yang sederhana dan jujur juga akan disayangi rakyatnya.
Pria asal Makassar itu menyontohkan dua pemimpin dunia yang disayangi rakyatnya karena kesederhanaannya. Misalnya, Presiden Venezuela Hugo Chavez yang ditangisi warganya berhari-hari saat tutup usia. Atau Presiden Iran Ahmadinejad yang masih menggunakan mobil kuno tahun 1978.
"Pejabat di Indonesia enggak akan mau pakai mobil (Ahmadinejad) itu. Rakyat Venezuela menangis berhari-hari karena sayang dan tahu Hugo Chavez hidup sederhana dan ga punya apa-apa," ujar Samad.
Jika calon pemimpin bangsa ke depan, dapat merumuskan tiga persyaratan pokok tersebut. Samad memperkirakan perilaku korupsi yang sudah mewabah di Indonesia bisa dikurangi.