REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Analis politik Universitas Diponegoro Semarang M Yulianto menilai, rendahnya elektabilitas Aburizal Bakrie (Ical) tak akan memengaruhi perolehan suara Partai Golkar dalam pileg 2014.
"Golkar tetap berpeluang untuk mendulang suara besar dalam pemilu 2014. Tetapi, itu bukan karena faktor Ical sebagai capresnya," kata pengajar FISIP Undip itu di Semarang, Selasa (26/11).
Ia berpendapat, tidak diakomodasinya aspirasi pengurus DPD II dalam rapimnas berpotensi menimbulkan disparitas langkah antara pengurus pusat dengan akar rumput.
Karena selama ini mesin pemenangan parpol yang paling berperan adalah pengurus di daerah, khususnya DPD II tingkat kabupaten/kota. Setelah itu baru tampilan pengurus elite atau di tingkat pusat.
"Bisa jadi, nanti pengurus DPD II hanya akan bekerja keras untuk memenangkan parpol dalam pemilu legislatif. Tetapi tidak akan full power untuk memenangkan Ical dalam pilpres dan wapres," katanya.
Sejauh ini, ia melihat konstituen masih tetap mengapresiasi Golkar secara realistis. Seperti dari kiprah kader dan tokoh sehingga perolehan suaranya tetap aman.
Namun, kata dia, nantinya justru akan terjadi jarak cukup lebar antara elektabilitas Golkar yang meningkat dengan keterpilihan Ical yang tak kunjung meningkat.
"Kalau sampai terjadi seperti itu, Golkar harus realistis untuk merevisi capres yang diusung. Apalagi ada wacana percepatan musyawarah nasional (munas) setelah pelaksanaan pileg 2014," katanya.
Jika munas jadi terselenggara, maka akan menimbulkan kerawanan perpecahan internal di tubuh Golkar. Sehingga posisi Ical sebagai capres partai tersebut bisa saja terpental.
"Dalam rapimnas kemarin, posisi Ical sebagai capres Golkar sementara ini sudah aman. Tetapi belum jaminan sepenuhnya tetap aman. Apalagi, nanti melihat hasil perolehan suara Golkar dalam pileg," kata Yulianto.