Selasa 26 Nov 2013 22:25 WIB

Kesadaran Pejabat Indonesia Masih Rendah Soal Proteksi Informasi

Penyadapan (ilustrasi)
Penyadapan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Kesadaran para pejabat Indonesia untuk memproteksi informasi pribadinya masih rendah, kata Deputi Bidang Pengamanan Persandian Lembaga Sandi Negara, Syahrul Mubarak.

Menurutnya, hal itulah yang melatarbelakangi penyadapan informasi seperti yang dilakukan Australia terhadap Indonesia. Syahrul di Kulon Progo, Selasa (26/11), mengatakan informasi dengan sifat rahasia semestinya dikelola secara matang sesuai standar pengelolaan yang ada.

"Kami harus kerja keras lagi menyosialisasikan pentingnya persandian pada kepada kalangan pejabat. Kalau sudah muncul security awareness, kita harapkan pejabat negara itu bisa menggunakan peralatan sandi dalam komunikasi," kata Syahrul.

Menurut Syahrul penyadapan merupakan sesuatu yang biasa dilakukan di dunia intelijen. Untuk mengantisipasinya perlua dilakukan proteksi terhadap informasi yang dikomunikasikan oleh para pejabat negara, salah satunya dengan persandian.

"Kami tugasnya memfasilitasi peralatan untuk melindungi informasi yang disampaikan dipemerintahan, termasuk informasi oleh pejabat" tuturnya.

Syahrul mengatakan, belum ada 'security awareness' terhadap pengelolaan informasi, juga berpotensi mendatangkan kerugian jika informasi negara sampai bocor ke tangan pihak asing.

Dari sisi etika hubungan internasional, hal tersebut jelas melanggar kedaulatan sebuah negara dan tidak ada rasa menghormati. Jika suatu informasi yang bersifat sangat rahasia bocor, hal itu tak hanya menganggu hubungan kedua negara namun juga mengancam keutuhan wilayah, keselamatan bangsa, dan kedaulatan negara yang disadap.

"Solusi utama untuk menindaklanjuti peristiwa penyadapan tersebut saat ini adalah bagaimana informasi atau dokumen yang disadap itu bisa terproteksi," katanya.

Lemsaneg, katanya, terus berusaha meningkatkan pengamanan dokumen dan informasi dengan metode proteksi yang lebih kuat. "Kami coba amankan sesuai jenis klasifikasi informasinya. Entah itu confidential, rahasia, atau sangat rahasia. Kalau pun bisa disadap, informasinya tetap tak bisa dibaca karena sudah terproteksi dengan sandi-sandi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement