REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas Gunung Merapi kembali terlihat pada Senin (18/11) pagi. Gunung api yang sempat meletus pada November 2010 lalu itu mengeluarkan letusan sehingga terjadi hujan abu dan pasir.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, angin yang mengarah ke timur dan tenggara menyebabkan terjadi hujan pasir dan abu cukup tebal terjadi di Boyolali. Hujan abu juga terjadi hingga Kartosuro dan barat Kota Solo.
Berdasarkan laporan BPBD, lanjut Sutopo, sekitar 600 KK warga di Desa Glagaharjo yaitu Dusun Kalitengah Lor, Kaltengah Kidul dan Srunen, sudah berada di titik kumpul di masing-masing dusun.
Kelompok rentan ditempatkan di Balai Desa Glagaharjo dengan rincian balita 15 jiwa, lansia 26 jiwa, ibu hamil 8 jiwa, dan difabel 1 jiwa.
Di Klaten, kondisi masyarakat di wilayah Merapi (KRB 3) Desa Balerante, Sidorejo, Tegalmulyo, Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten cukup kondusif dan masyarakat sudah kembali ke rumah masing-masing. Di Kecamatan Selo, Boyolali warga berkumpul di titik pengungsian.
"Kesiapsiagaan masyarakat dan BPBD di sekitar Gunung Merapi yaitu di Boyolali, Klaten, Sleman dan Magelang cukup tinggi merespon letusan tadi," ujarnya.
Sutopo menuturkan erupsi Merapi kali ini mirip dengan letusan pada 22 Juli 2013 lalu yang tiba-tiba meletus pada pagi hari. Namun, letusan hari ini lebih besar daripada 22 Juli 2013.
"Status saat ini masih normal aktif (level I) dan aktivitas gunung pulih kembali. Evaluasi juga masih dilakukan oleh BBPTKG," jelasnya.