REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penemuan dari eskavasi candi di Dusun Bedingin, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman masih terbatas. Karenanya, belum dapat dipastikan apakah candi berasal dari Hindu atau Budha. Candi Hindu biasanya berciri memiliki arca dan yoni atau lingga. Sementara, candi Budha memiliki ciri khas stupa.
"Itu semua belum kami temukan. Relief dinding juga belum ada," ujar Pokja Perlindungan BPCB, Muhammad Taufik kepada Republika, Jumat (15/11).
Menurut Taufik, candi banyak ditemukan di wilayah Sleman. Dalam sejarahnya, Dinasti Sailendra Sanjaya banyak membangun candi pada Abad VIII-XI. Candi dari kerajaan Sailendra merupakan candi Budha. Sementara, candi dari kerajaan Sanjaya merupakan candi Hindu.
Kepala Seksi Pelindungan Pengembangan dan Pemanfaatan, BPCB DIY, Wahyu Astuti mengatakan dari penemuan sebelumnya, periuk biasa terletak di bawah yoni di sebuah candi. Menurutnya, bagian tersebut merupakan bekal kubur dan biasanya berisi emas.
Dari informasi awal temuan, Wahyu meyakini situs tersebut merujuk pada bagian atap candi. Namun, untuk memastikannya, eskavasi akan dilakukan dengan menggali tanah lebih dalam lagi.
"Ini yang sudah terlihat merupakan komponen atap candi, karena kami sudah menemukan antefik, makara, dan sisi genta. Jadi kemungkinan, di bawahnya masih ada bangunan candi," ujarnya.
Sementara itu, warga setempat, Nanang mengatakan belum pernah mendengar kisah mengenai candi di dusunnya. "Saya tidak pernah tahu ada sejarah tentang candi di sini," ujarnya.
Tim dari BPCD bekerja sama dengan 10 mahasiswa dan dosen UGM untuk eskavasi candi hingga 22 November mendatang. Dari analisis di lapangan akan ditentukan apakah penelitian dilanjutkan atau tidak. Setelah dilakukan eskavasi penyelamatan, BPCD akan melakukan penelitian.