Rabu 13 Nov 2013 14:17 WIB

Menunggu Ashar di Masjid, Juki Lolos dari Maut

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Heri Ruslan
Menunggu waktu shalat (ilustrasi)
Foto: Antara/Reza Fitriyanto
Menunggu waktu shalat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Marjuki (51), warga kampung Pangul, RT 03/ RW 06 Kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang patut bersyukur.

Meski rumah berikut harta benda yang ada di dalamnya hancur --rata dengan tanah-- akibat tertimpa talud setinggi hampir 5 meter sepanjang 14 meter yang longsor, ia masih diberi keselamatan.

Pria pekerja serabutan yang tinggal sendirian ini lolos dari maut, setelah memilih menunggu waktu shalat Ashar di masjid, Jama’atul Inayah, di lingkungan RW nya.

Saat musibah longsor terjadi, Selasa (12/11) pukul 14.30 WIB,  Juki --panggilan akrabnya-- baru saja meninggalkan rumahnya tersebut, usai  mengangkat jemuran dan menyantap makan siang.

Namun karena hujan semakin lebat, iapun sempat bertahan di dalam rumah untuk sedikit melepas penat. Menjelang Ashar, iapun bergegas kembali ke masjid yang jaraknya hanya sekira 400 meter dari rumahnya.

 

Ia memilih untuk menunggu Azan Ashar di masjid. “Saya khawatir tak mendengar gema Azan karena hujan yang lebat disertai petir dan angin kencang,” ujar Juki, Rabu (13/11).

 

Belum genap lima menit berada di masjid, salah seorang tetangganya mengabarkan rumahnya telah roboh rata dengan tanah akibat tertimpa talud yang longsor.

 

Saat kembali ke rumahnya, Juki hanya dapat menatap harta bendanya tersebut ludes, tertimpa reruntuhan talud rumah Sami’an, tetangganya. “Tapi saya masih beruntung, diberikan keselamatan oleh kebesaran Allah,” tambahnya.

 

Berdasarkan pantauan di lokasi, longsornya talud ini merusakkan sedikitnya tiga rumah, di wilayah RT 03/RW 06. Masing- masing rumah milik Juki, Sudarman (46) serta rumah Sami’an (54).

 

Namun diantara ke-tiganya, rumah Juki yang rata dengan tanah. Sementara rumah milik Sudarman menyisakan separuh bangunan serta rumah Samiaan sebagian lantai terasnya menggantung.

 

Salah seorang tetangga Juki, Supriyanto menuturkan, talud yang ambrol ini sebelumnya merupakan tanah urug. Diduga karena tak kuat menahan air hujan yang begiut deras akhirnya roboh.

 

Saat longsor terdengar suara gemuruh yang sangat keras. Bahkan isterinya sempat mengira itu bagian dari suara petir yang menyambar. “Untuk sementara, kami menampung pak Marjuki untuk tinggal di rumah saya, karena rumahnya hancur,” tambahnya.

 

Hingga Rabu siang, warga setempat masih bergotongroyong membersihkan reruntuhan rumah Marjuki. Puluhan anggota Kodim 073/BS juga diterjunkan untuk membantu membersihkan puing-puing ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement