REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu telah mencanangkan gerakan 'Go Organik.' Melalui gerakan tersebut, pemerintah mengajak para petani untuk beralih dari penggunaan pupuk anorganik menjadi pupuk organik.
"Selain ramah lingkungan, penggunaan pupuk organik juga dapat menyuburkan tanah sehingga membuat produksi tanaman meningkat," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Indramayu, Firman Muntako, kepada Republika, Senin (11/11).
Firman mengatakan, saat ini, lahan-lahan pertanian di Kabupaten Indramayu sudah mulai jenuh akibat penggunaan pupuk anorganik. Hal itu terlihat dari rendahnya tingkat pH tanah. Padahal, pH tanah sangat menentukan bisa atau tidaknya suatu unsur hara dalam tanah diserap akar tanaman.
Firman menyebutkan, tingkat pH tanah pada areal pertanian di Kabupaten Indramayu sekarang rata-rata sudah kurang dari enam. Padahal, pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada tingkat pH tanah antara enam sampai tujuh.
Untuk mengembalikan tingkat pH tanah pada kisaran normal, Firman melanjutkan, maka penggunaan pupuk anorganik, seperti urea, harus dikurangi. Para petani pun dianjurkan menggunakan pupuk organik.
Firman menjelaskan, tingkat produksi padi di Kabupaten Indramayu selama ini rata-rata hanya sekitar tujuh ton per hektare. Dengan menggunakan pupuk organik, maka hasil tersebut akan meningkat menjadi delapan sampai sembilan ton per hektare.
"Dengan meningkatnya produksi, maka keuntungan petani juga akan bertambah," tutur Firman.
Selain itu, Firman menerangkan, tanaman padi yang menggunakan pupuk organik juga akan lebih tahan terhadap serangan hama. Oleh sebab itu, ancaman puso akibat hama dapat diminimalisasi.
Firman mengungkapkan, saat ini sudah ada sekitar 35 ribu hektare lahan pertanian yang menggunakan pupuk organik. Jumlah tersebut akan bertambah kurang lebih 14 ribu hektare pada tahun depan.
Untuk penyediaan pupuk organik, Firman mengatakan, pihak PT Kujang sudah menyediakannya. Namun, petani pun bisa membuat sendiri pupuk organik.
Di antaranya dengan menggunakan jerami dan limbah kotoran sapi. "Indramayu memiliki potensi besar jerami dan kotoran sapi," ujar Firman.
Firman menyatakan, pihaknya pun telah memiliki petani binaan di sejumlah daerah untuk pembuatan pupuk organik. Selain itu, adapula pemberian bantuan mesin dalam proses pembuatan pupuk tersebut.