REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Pekanbaru, Agus Ramadhan kecewa karena ia merasa nilai-nilai kejuangan dan makna Hari Pahlawan 10 November makin memudar, ditandai antara lain lagu-lagu nasional kebangsaan kini tidak lagi dilombakan di kalangan pelajar.
"Padahal kepala dinas pendidikan di kota ini bisa mengagendakan tiap tahun lomba-lomba lagu kebangsaan itu dan ini penting dalam upaya menanamkan sejak dini makna hari pahlawan itu pada generasi muda," kata dia di Pekanbaru, Minggu.
Ia mengatakan itu terkait bagian dari sejumlah kekecewaan mereka terhadap generasi masa kini khususnya unsur pemerintah daerah yang memaknai Hari Pahlawan terkesan kurang sungguh-sungguh.
Menurut Ketua LVRI periode 2012-2016 itu kini tidak ada lagi lomba-lomba lagu perjuangan yang populer justru lomba dangdut, dan lainnya.
"Bagaimana kita menjiwai dan meresapi makna dari Hari Pahlawan itu, jika penghargaan terhadap kemerdekaan ini oleh generasi muda makin memudar," katanya dan menambahkan dirinya terus emosional jika mengupas tentang implementasi nilai-nilai kejuangan itu.
Mirisnya, katanya lagi, ada kepala sekolah yang menyatakan jika lomba lagu kebangsaan digelar banyak pelajar yang menolaknya ketimbang lagu-lagu populer dan tren saat ini.
Seharusnya dinas pendidikan terkait, katanya, perlu menggencarkan kembali lomba tersebut dalam meningkatkan kepedulian generasi muda untuk memaknai Hari Pahlawan tersebut.
Bagian upaya untuk meningkatkan kepedulian untuk memaknai arti pahlawan itu juga termasuk
budaya tiap rumah memasang dan mengibarkan bendera beberapa hari sebelum dan sesudah peringatan Hari Pahlawan bahkan pada tiap HUT Kemerdekaan RI.
"Namun kini, bendera kebangsaan tidak lagi dikibarkan pada tiap rumah dan kantor untuk beberapa hari sebelum dan setelah hari bersejarah itu diperingati," katanya.
Padahal, katanya lagi, dirinya sudah berulang kali menyampaikan pada wali kota Pekanbaru agar membudayakan pengibaran bendera sang saka merah putih itu pada tiap peringatan HUT Kemerdekaan dan Hari Pahlawan.
Mantan Komandan Distrik Militer Aceh dan Sumut itu mengatakan, pada tahun 1970-an budaya pengibaran bendera tiap 17 Agustus terus bergelora dan kini nyaris tiap rumah tidak ada lagi mengibarkan bendera.
Ia menyatakan keprihatinan, lebih juga banyak penjual bendera akan tetapi tidak satupun kendaraan pribadi dan pemerintah yang memasang miniatur bendera Merah Putih itu pada kendaraan mereka.
"Saya sangat prihatin, padahal ini bisa dilakukan dengan sangat mudah sekali, kenapa sepertinya masyarakat dan jajaran pemerintah daerah tidak peduli dan sungguh-sungguh memaknai nilai-nilai kejuangan itu," katanya.
Nilai-nilai kejuangan makin tercemar, katanya lagi, karena banyak masyarakat yang menurunkan bendera merah putih ketika berkibar di rumah mereka hanya memakai sandal jepit dan kaos oblong.
Ia mengungkap kekecewaan lainnya adalah bagaimana seharusnya memberikan tempat duduk bagi para veteran di podium depan atau sejajar dengan pejabat Pemkot Pekanbaru dan unsur muspidanya dalam suatu acara peringatan kemerdekaan dan hari pahlawan.