REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Sekretaris Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, H. Muklis mengaku sudah menerima laporan secara lisan adanya dugaan aksi pemukulan yang dilakukan oleh oknum guru terhadap siswanya.
Ketika dikonfirmasi di Kuala Tungkal, ibukota Tanjung Jabung Barat (Tanjabar), Selasa, ia menyatakan sudah memerintahkan Dinas Pendidikan setempat untuk melakukan kajian dan meneliti kasus tersebut.
"Laporan secara tertulis belum saya terima, baru secara lisan saja, tapi kasus itu perlu ditindaklanjuti," katanya menanggapi kasus kekerasan terhadap siswa SMKN 1 Kuala Tungkal yang dilakukan oleh oknum guru agama berinisial SF.
Sekda mengaku belum mengetahui secara pasti persoalan tersebut, namun bagaimanapun seorang guru tidak boleh melakukan kekerasan terhadap murid.
"Dari informasi yang saya terima, kasus pemukulan itu diduga karena guru tersebut tersinggung oleh perbuatan siswanya. Tapi guru kan dilarang melakukan tindak kekerasan kepada muridnya," kata Muklis.
Ia mengatakan, guru sebagai abdi negara harus menunjukkan sikap yang baik, karena itu persoalan ini harus ditindaklanjuti untuk mencari penyebabnya.
"Artinya, kita tidak serta merta mengambil tindakan, kita cari dulu permasalahannya kenapa hal itu bisa terjadi," katanya.
Sekda berharap kejadian ini bisa menjadi pembelajaran dan contoh bagi tenaga pengajar lainnya, guru harus lebih sabar menghadapi muridnya dan melihat aspek-aspek lainnya jika mengambil tindakan.
Sebelumnya, SF, seorang oknum guru perempuan di SMKN 1 Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjabar sempat dilaporkan ke polisi oleh keluarga siswa bernama Ansori (17), yang diduga menjadi korban pemukulan oknum guru tersebut.
Siswa kelas XII tersebut mengaku telah menjadi korban pemukulan oleh SF kemudian melaporkan kasusnya ke polisi pada pekan lalu, namun belakangan diperoleh informasi kasus itu telah dicabut.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, akibat perbuatan guru yang mengajar mata pelajaran agama ini, korban menderita luka memar di bagian bawah mata kirinya.
Kepala SMKN 1 Kuala Tungkal Drs Marfendra saat dikonfirmasi mengaku persoalan tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
Pihak sekolah telah memfasilitasi kedua belah pihak untuk berdamai di internal sekolah, sehingga tidak ada lagi masalah.