Rabu 30 Oct 2013 18:44 WIB

Potensi Banjir Lahar Dingin Merapi Capai 58 Juta Meter Kubik

Rep: Yulianingsih/ Red: Djibril Muhammad
Lahar dingin Gunung Merapi
Foto: Antara
Lahar dingin Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi 2010 yang mengendap di hulu-hulu sungai di kaki Merapi dan berpotensi menjadi banjir lahar dingin ternyata masih sangat besar.

Berdasarkan hasil pendataan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi  (BPPTKG) Yogyakarta, material hasil erupsi Merapi yang berpotensi menjadi banjir lahar dingin masih mencapai 58 juta meter kubik.

Tumpukan material vulkanis ini berada di tujuh sungai yang berhulu di Kaki Merapi. "Berdasarkan hasil survei kami beberapa bulan lalu, tumpukan material ini sebagian besar ada di tujuh sungai di kaki Merapi," ujar Kasie Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta, Sri Sumarti, Rabu (30/10).

Ketujuh sungai ini menurutnya adalah, Kali Putih dengan potensi banjir lahar dingin mencapai 7 juta meter kubik, Kali Senowo 5,5 juta meter kubik, Kali Trising 5,6 juta meter kubik, Kali Apu sebesar 8,7 meter kubik, Kali Pabelan 8,1 juta meter kubik, Kali Gendol 19 Juta Meter Kubik, dan Kali Woro 3,9 Juta Meter Kubik.

Selain tujuh kali ini, ada beberapa sungai lain yang berhulu di kaki Merapi dan juga berpotensi terkena lahar dingin. Sungai itu adalah Kali Boyong, Kali Kuning, Kali Krasak dan Kali Kuning. Namun menurut Sri Sumarti, potensi lahar dingin di keempat sungai tersebut diperkirakan masih bisa tertampung di badan sungai.

"Banyaknya pengerukan pasir membuat badan sungai semakin dalam sehingga kita perkirakan masih bisa tertampung di sungai-sungai itu. Meskipun mungkin banjirnya (luapanm air tanpa material Merapi) masih bisa berpotensi," katanya.

Kali Boyong sendiri merupakan hulu dari Kali Code yang membelah Kota Yogyakarta. Potensi banjir lahar dingin yang cukup besar ada di Kali Gendol yang merupakan sungai yang mengarah di Candi Prambanan serta Kali Woro yang mengarah ke Klaten dan Kali Pabelan ke Magelang.

Banjir lahar dingin Merapi sendiri kata dia, bisa terjadi jika intensitas hujan di puncak Merapi mencapai 80 milimeter/ jam dalam kurun dua jam berturut-turut.

"Kalau pascaerupsi 2010 kemarin intensitas hujan 40 milimeter/ jam dalam kurun dua jam berturut-turut sudah bisa menjadi banjir lahar dingin, tetapi sekarang material Merapi sudah semakin memadat sehingga dibutuhkan intensitas hujan yang lebih besar," katanya.

BPPTKG sendiri kata dia, sudah menempatkan alat peringatan dini banjir lahar dingin Merapi yang ditempatkan di hulu beberapa sungai di kaki Merapi. Alat peringatan dini ini masih berfungsi maksimal. Alat-alat tersebut di tempatkan di Kali Opak, Woro, Putih, Senowo, Lamat dan Kali Boyong.

Peringatan Dini

Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Agus Winarta mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi datangnya banjir lahar dingin di Kali Code pada musim penghujan kali ini.

"Kita sudah koordinasi dengan wilayah dan elemen penanggulangan bencana untuk siaga setiap saat," katanya.

Pihaknya kata Agus, juga sudah mendata ulang, posko pengungsi, titik kumpul awal dan titik-titik rawan terjadi banjir lahar dingin di sepanjang Kali Code.

Saat ini kata dia, pihaknya sudah memasang alat peringatan dini banjir lahar dingin di sepanjang Bantaran Kali Code. Enam alat peringatan dini ini di pasang di wilayah Jetis, Jogoyudan, Rusunawa Juminahan, Sayidan dan di Mergangsan.

"Alat-alat tersebut sudah kita cek semua dan berfungsi dengan baik, kemarin ada yang terkena petir namun sudah kita perbaiki," ujarnya.

Pihaknya kata Agus, juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta terkait penggunaan anggaran tak terduga jika terjadi banjir lahar dingin di Kali Code.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement