REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) berupaya untuk melakukan rehabilitasi dan konserveasi ekosistem kawasan Gunung Merapi. Upaya tersebut dilakukan melalui Gerakan Merapi Hijau.
Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Joko Soeprijadi, mengatakan Taman Nasional Gunung Merapi mengalami kerusakan karena erupsi dan kawasan-kawasan bekas tambang. Sehingga, restorasi ekosistem Merapi melalui penghijauan yang berkelanjutan dan bertahap diperlukan.
Konservasi dan restorasi akan dilakukan di lahan seluas 847 hektare di 17 dusun di Kabupaten Sleman, Magelang, Klaten, dan Boyolali. Ia menambahkan, restorasi ini akan dilakukan selama lima tahun.
Selain itu, masyarakat desa sekitar akan diberi pendampingan dan pengembangan model desa konservasi mandiri. Kegiatan tersebut diberikan lantaran masyarakat desa di daerah penyangga Taman Nasional Gunung Merapi merupakan ujung tombak kelestarian sumberdaya hutan dan ekosistem kawasan Merapi.
Masyarakat di daerah tersebut juga akan dibekali persiapan untuk menghadapi erupsi Gunung Merapi. Konservasi hutan Merapi juga akan dilakukan melalui pengembangan budidaya tanaman kemenyan serta tanaman bambu.
Gerakan Merapi Hijau ini dilakukan sebagai gerakan budaya untuk membentuk kemandirian konservasi dan rehabilitasi. "Sehingga sosialisasi dilakukan melalui budaya tradisi tahunan di kawasan ini dan diharapkan upaya rehabilitasi dan konservasi kawasan menjadi budaya bagi masyarakat," katanya.
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi mempunyai luas 6.410 hektare. Namun, kondisi potensi hutannya mengalami penurunan. Pada 1995, potensi hutan kawasan Gunung Merapi mencapai 75-80 persen. Dan pada 2000, potensi hutan tersebut berkurang hingga 40 persen.
Penyusutan potensi hutan tersebut, disebabkan oleh aktifitas vulkanik serta adanya alih fungsi lahan pada lahan perumputan dan penambangan pasir. Kondisi tersebut, lanjutnya, menunjukan adanya penurunan kemampuan fungsi lindung kawasan.
"Apabila hal tersebut tidak segera diantisipasi, dikhawatirkan akan memperbesar tingkat kerawanan bencana, baik dari aktifitas Gunung Merapi atau perubahan ekosistem," jelasnya.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Ammy Nurwati, mengatakan akibat erupsi Merapi pada 2010, kawasan Gunung Merapi mengalami kerusakan berat. Kerusakan tersebut ditandai dengan berkurangnya spesies hewan serta habitatnya.
"Untuk memperbaiki kondisi tersebut, kami berupaya melaksanakan restorasi sistem Gunung Merapi serta rehabilitasi hutan dan lahan. Balai nasional Gunung Merapi mendukung penuh restorasi dari berbagai pihak," katanya.
Acara Gerakan Merapi Hijau tersebut dilakukan bersamaan dengan acara Kirab Budaya Merapi di Tunggularum, Wonokerto, Turi.