Ahad 27 Oct 2013 08:23 WIB

Menyelamatkan Macan Jawa Terakhir

Macan tutul Jawa langka yang terancam punah (Panthera pardus melas) di habitat asli mereka di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat.   (foto : CIFOR)
Macan tutul Jawa langka yang terancam punah (Panthera pardus melas) di habitat asli mereka di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat. (foto : CIFOR)

Oleh Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, Kedua mata itu masih tajam menatap walau kain hitam yang menutupi kandangnya baru saja dibuka. Seluruh tubuhnya utuh. Hanya kaki kiri depannya masih terpincang-pincang, buntung akibat perangkap jerat.

Satu taringnya pun telah patah. Tapi, auman dan lompatannya ke sisi kandang masih cukup membuat manusia yang mengerumuninya terkejut dan melangkah mundur.

Macan tutul jawa tak bernama itu baru datang dari Jawa Tengah. Ia bersama macan tutul jawa dari Jawa Timur dan Jawa Barat dibawa ke Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua setelah berkonflik dengan penduduk.

Macan tutul jawa dari Jawa Barat bahkan diketahui telah memakan anjing. Hal yang beresiko bagi hewan itu mengingat kemungkinan terjadinya transfer penyakit dari anjing yang dimakannya.

Dokter hewan di karantina TSI, drh Retno mengatakan, konsumsi anjing berpotensi besar membawa bibit penyakit. Peran dokter hewan di sana menjadi penting sekali untuk memutus persebaran penyakit dari hewan yang dimakan. Jika tidak, penyakit itu bisa juga disebarkan ke macan tutul jawa yang lainnya di habitat liar atau dalam pemeliharaan lembaga.

‘’Kita tentu tidak berharap macan tutul jawa seperti macan siberia yang bahkan di habitat liarnya positif terjangkit virus canine distemper,’’ tutur drh Retno. Ia meminta pemerintah memerhatikan betul hal ini.

Macan tutul jawa atau Panthera Pardus Melas kini berada dalam kategori critically endangered (CR) di redlist International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Status CR hanya dua tahap sebelum punah di alam (extinct in the wild) dan punah (Extinct). Jika dibiarkan, macan tutul jawa mungkin hanya akan jadi cerita seperti harimau jawa.

Ketiga macan tutul jawa itu kini masih berada dalam penangkaran TSI. Petugas karantina hewan, Ade Wahyudin, mengatakan hewan yang sakit akan dirawat oleh dokter hewan di rumah sakit hewan sebelum masuk ke karantina.

Karantina hanya bisa dimasuki tim medis dan dokter hewan. Orang yang masuk pun jumlahnya terbatas. Di sana hewan-hewan tak hanya diperiksa kesehatan, tapi juga ditata pemberian nutrisinya.

Hewan-hewan yang dinilai sudah siap dengan fisik yang sudah pulih dari sakit dan berperilaku normal akan mulai dikenalkan dengan lingkungan area kunjungan. Mereka akan dilepas perlahan-lahan. Di awal masa pelepasan ke area kunjungan, mereka akan dilepas untuk batas waktu tertentu.

Setiap hari perilaku hewan itu akan dievaluasi. Hewan yang menjunjukkan gejala stres dengan tak terlalu ingin makan atau terlihat mondar-mandir gelisah tidak akan dipaksa berada di area kunjungan.

Konsep pembagian kawasan bangsa ini nampaknya harus berkompromi dengan segala desakan hidup masyarakat. Zonasi hutan lindung dan taman nasional sering akhirnya dirambah juga untuk mencari kayu, lahan pertanian, bahkan vila perisitirahatan mewah.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan yang sempat mengunjungi TSI guna memberi nama gajah yang baru lahir, mengatakan, jangankan memberi informasi bagi penduduk yang jauh di hutan, menyadarkan orang-orang berpendidikan yang dekat untuk tidak membangun vila di kawasan hutan pun tidak mudah. 

Ia menegaskan, sama seperti manusia, satwa juga berhak hidup. Wilayah-wilayah yang memang diperuntukkan bagi satwa tak selaiknya diganggu.

"Pemerintah tentu tidak dapat bekerja sendiri, apalagi ini era otonomi daerah. Kewenangan juga dibagi ke dinas di tiap daerah,’’ kata Zulkifli. Ia mengapresiasi pemerintah daerah yang ikut turun melindungi hewan atau menindak pertunjukkan hewan ilegal.

Macan tutul jawa masuk perkampungan, sambung Zulkifli, menjadi indikasi ada gangguan habitat dan tidak adanya pakan. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang melihat adanya penganiayaan hewan dan pertunjukan atau lomba hewan ilegal, harus segera melapor ke kepolisian setempat. Zulkifli meminta LSM pun bersedia bersaksi atas laporan yang mereka buat.

Pembekalan warga perbatasan hutan juga perlu dilakukan. ‘’Tentu ini butuh kerjasama dengan kantor wilayah dan dinas terkait mengingat adanya otonimi daerah,’’ ujarnya. Sosialisasi melalui berbagai media juga harus terus dilakukan sehingga menyentuh ke semua elemen.

Dibutuhkan tempat penyelamatan bagi hewan-hewan yang berkonflik dengan manusia. Dibutuhkan juga tempat aman untuk melapas hewan-hewan yang luka dan akhirnya sembuh.

Zulkifli ingin pusat penyelamatan macan tutul jawa sama baiknya dengan pusat penyelamatan harimau di Sumatera. Walau lokasi pusat rehabilitasi macan tutul jawa ini masih dipertimbangkan. "Dua pekan ini insya Allah akan diputuskan. Akan kita buat juga workshop pusat penyelamatan ini,’’ jelasnya. Ia meyakinkan semua ini akan ditangani oleh orang-orang dari Indonesia.

Katua Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI), Rahmat Syah menuturkan kebun binatang adalah benteng terakhir pelestarian hewan. Saat hewan mengalami desakan, kebun binatang jadi penyelamat terakhir dan menyelamatkan lingkungan. Kebun binatang juga menjadi sarana wisata konservasi, mendidik, dan terjangkau.

Anggota Direksi TSI Jansen Manangsang mendukung adanya pusat penyelamatan macan tutul jawa. Bahkan telah ada dua pengusaha yang bersedia membatu melalui program tanggung jawab sosial perusahaannya (CSR).

TSI yang bersambung dengan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango membuat TSI juga menjadi bagian dari kawasan konservasi. Ia mengatakan, TSI masih mempunyai 100 hektar lahan yang belum digunakan dan mungkin bisa dimanfaatkan untuk pusat penyelamatan macan tutul jawa.

Salah seorang pengusaha yang bersedia membantu penyelamatan macan tutul jawa, Nyonyo, terdorong untuk ikut penyelamatan ini setelah sebelumnya menemukan adanya jejak macan tutul jawa saat berburu babi hutan di Jampang Kelurahan Giri Mukti Kelurahan Ciemas Kabupaten Sukabumi.

Ia mengaku tak banyak informasi yang diketahuinya tentang macan tutul jawa sebelum akhirnya ia mencari tahu di berbagai media.

‘’Dua pekan lalu warga di sana pernah mengatakatan ada macan tutul jawa yang terluka. Saat itu saya sempat ditawari kulitnya oleh warga. Tapi saya pikir untuk apa?’’ ungkapnya.

Ia lalu melaporkan ini ke salah satu LSM ternama di Indoneisa dan kementerian kehutanan. Sayang, respon cepat yang diharapkan tak kunjung tiba. Ia kemudian bertemua seorang koleganya, Badil. Dari Badil ia mendapat kabar TSI bersedia menampung.

Seringya ia berburu di sana menguntungkannya untuk lebih mudah berkomunikasi dengan warga setempat. Bekerja sama dengan aparat setempat, ia meminta dengan sangat kepada masyarakat untuk tidak membunuh macan tutul jawa yang terlihat berkeliaran.

Warga memperkirakan hanya ada empat atau lima ekor saja macan tutul jawa di kawasan itu. Nyonyo mengatakan hutan-hutan yang tersisa terpisah-pisah oleh perkebunan warga.

Beberapa tahun belakangan jumlah babi hutan yang menjadi mangsa macan justru banyak tapi macan tutul berkeliaran di dekat permukiman warga. Awalnya macan tutul itu hidup dekat pantai dan sekarang bergeser ke dekat penduduk mengikuti babi.

‘’Kita minta warga untuk tanam tumbuhan yang disukai babi atau pelihara hewan pengganti babi di dekat pantai agar macan tutul tidak masuk ke permukiman,’’ kata Nyonyo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement