REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Karawang, kesulitan mengatasi permasalahan para pekerja seks komersial (PSK) di kalangan pelajar.
Pasalnya, keberadaan penjaja seks tersebut sulit diberantas. Apalagi, saat ini di wilayah itu banyak berjamuran tempat-tempat hiburan malam.
Kepala Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Karawang, Rokhuyun A Santosa, mengatakan, dewasa ini teknologi dan industri mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
Namun, perkembangan itu salah satunya berdampak hal negatif. Seperti, menjamurnya tempat-tempat hiburan malam yang menyuguhkan para pekerja seks komersial (PSK). Parahnya lagi, PSK ini banyak yang masih duduk di bangku sekolah tingkat SMP dan SMA.
"Wilayah kita ini, perkembangan industrinya cukup bagus. Dampak negatifnya, banyak bermunculan fasilitas hiburan malam," ujarnya, kepada media, Rabu (23/10).
Para PSK kini, lanjut Rokhuyun, didominasi oleh remaja yang masih duduk di bangku sekolah. Bahkan yang paling mengkhawatirkan tak jarang dari para PSK yang terjaring razia mengidap HIV/AIDS.
Rochuyun mengaku miris melihat banyaknya pelajar yang terjerumus ke dunia hitam ini. Akan tetapi, instansinya tak bisa berbuat apa-apa. Sebab, peran Dinas Sosial dalam persoalan PSK hanya berada di tatanan pembinaan setelah dilakukan operasi atau razia yang digelar oleh Satpol PP.
Sejauh ini para PSK yang terjaring razia dilakukan pembinaan di luar kota. Karena sampai saat ini Karawang belum memiliki panti pembinaan khusus. Selain itu, pihaknya juga belum memiliki program pembinaan secara dini terhadap para PSK ini.
"Peran kami, baru sebatas tindakan operasi saja. Belum ada langkah lainnya," ujarnya.
Ke depannya makan diperlukan program khusus, yaitu program pembinaan dan pencegahan. Supaya, anak-anak remaja itu tidak mudah tergiur terjun ke dunia hitam.