REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bank Indonesia menyatakan masih akan menunggu informasi detail terkait adanya dugaan penyuapan oleh anak usaha produsen anjungan tunai mandiri (ATM) asal Amerika Serikat Diebold Inc kepada pejabat tiga bank BUMN di Indonesia.
"Saya kalau seandainya ada informasi yang terkait dengan itu, kita akan bantu untuk mempelajari karena pengawasan bank masih di BI. Tapi informasinya apa? Banknya apa? Karena itu penting sekali untuk menghindari fitnah," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat ditemui di sela-sela rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Rabu malam.
Agus menuturkan, Bank BUMN di Tanah Air ada empat yakni BRI, BNI, BTN, dan Mandiri, sementara itu dugaan terjadinya penyuapan oleh Diebold Inc itu disebutkan terjadi terhadap tiga bank pelat merah.
"Bank yang dipanggil yang mana? Karena bank BUMN ada empat. Jadi kalau sudah ada bukti yang disampaikan, nanti akan dikasih tahu," ujar Agus.
Menurut dia, dalam proses pengadaan barang dalam suatu bank memang seharusnya tidak diperbolehkan menerima imbalan dalam bentuk apapun dari vendor atau penyedia barang yang akan bisa mempengaruhi keputusan bank tersebut.
"Justru kalau seandainya ada bentuk-bentuk (imbalan atau lainnya) saat sedang dilakukan procurement (pengadaan barang) atau sedang dilakukan pembelian, tentu tidak boleh ada bentuk-bentuk yang berkaitan dengan supplier atau vendor. Dicek aja nanti buktinya apa, supaya nanti bisa diklarifikasi," kata Agus.
Agus menambahkan, sistem procurement di bank BUMN di Indonesia sudah cukup baik yang mampu meminimalisir terjadinya tindakan penyimpangan atau penyuapan terhadap para pejabat di bank tersebut.
"Dicek saja sistemnya di situ. Saya rasa salah satu yang baik adalah sistem yang diterapkan di Mandiri. Tapi banknya yang mana (yang diduga terjadi penyuapan)," ujar Agus.
Sebelumnya, dalam keterangan resmi Departemen Kehakiman AS, Rabu, Lembaga anti-korupsi dan monopoli AS Securities and Exchange Commission (SEC) menyatakan anak usaha Diebold di China dan Indonesia menghabiskan sekitar 1,8 juta dolar AS untuk perjalanan, hiburan, dan hadiah lainnya yang tidak pantas untuk pejabat senior dari bank, sehingga ditengarai dapat mempengaruhi keputusan pembelian.
Untuk melancarkan proyek di Cina dana yang dihabiskan untuk menyuap pejabat bank milik pemerintah di sana sekitar 1,6 juta dolar AS, sedangkan untuk menyuap pejabat bank pelat merah di Indonesia dana yang dikeluarkan sebesar 147 ribu dolar AS.
Pejabat bank milik pemerintah di Cina dan Indonesia diberikan perjalanan gratis ke tujuan wisata populer di AS dan Eropa, dan pengeluaran Diebold itu dicatat dalam pembukuan dan catatan perusahaan sebagai biaya pelatihan yang sah. SEC juga menyatakan usaha Diebold di Cina juga meyediakan hadiah bagi puluhan pejabat bank dengan uang tunai senilai kurang dari 100 dolar AS sampai lebih dari 600 dolar AS.