REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sekitar 30 hektare lahan di lereng Gunung Merapi akan ditanami bambu untuk konservasi.
Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Widi Sutikno, mengatakan bambu-bambu tersebut dapat juga menahan awan panas serta sebagai early warning system.
"Pengembangan di sini mereka sudah antisipasi menggunakan tanaman-tanaman. Sekarang rencananya akan mengembangkan bambu sekitar 30 hektare. Karena sebagai early warning system, dan dapat menahan awan panas," katanya.
Penanaman bambu tersebut dilakukan di daerah Glagaharjo, Kepuharjo, Umbulharjo, dan Wukirsari. Menurut dia, tanaman bambu merupakan tanaman yang dapat memberikan peringatan ketika terjadi awan panas.
"Bambu bisa jadi early warning system, karena sebelum awan panas sudah sampai, bambu-bambu itu sudah mengeluarkan tanda karena bambu-bambu itu pecah," katanya.
Penanaman bambu tersebut dilakukan dengan dana dari Kementerian Kehutanan sebesar Rp 25 juta. Perawatan bambu tersebut, lanjutnya, akan dilakukan masyarakat sekitar.
Selain sebagai penahan awan panas Gunung Merapi, bambu juga akan dimanfaatkan untuk industri kerajinan dan makanan rebung. Pemilihan bambu untuk penanaman di lerang Merapi karena dapat memberikan banyak manfaat tanpa membutuhkan banyak pemeliharaan.
Widi menambahkan, bambu-bambu tersebut juga masih didatangkan dari luar daerah. "Produksi masih kekurangan, 30 persennya masih dipasok dari luar Sleman, yakni dari Purworejo dan Kebumen," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kehutanan dan Perkebunan Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Rofiq Andriyanto, mengatakan pemerintah hanya menyiapkan sarana dan prasarana.
"Kita merencanakan untuk pembuatan kluster budidaya bambu, kluster industri dan perajin. Kita akan bikinkan link untuk mereka. Pada tahun depan kita akan mengangkat masakan dari rebung," katanya menambahkan.
Budidaya bambu dilakukan lantaran selama ini bambu telah terpinggirkan.