REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- " Mana dimana wali kota Yogya. Wali kota Yogya ada di dalam rumah. Mana di mana wali kota saya wali kota saya nggak ada dimana-mana. Kamu dimana har..har..kamu dimana har..har..Ayo bekerja nggak makan gaji buta..."
Sepenggal bait nyanyian anak "Mana-dimana" yang telah digubah isinya tersebut dinyanyikan oleh puluhan seniman Yogyakarta yang tergabung dalam paduan suara Vox Populis Vox Polis (suara warga- suara kota).
Paduan suara yang beranggotakan dosen, seniman dan ibu rumah tangga di Yogyakarta tersebut menyanyi bersama di depan rumah dinas Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, Ahad (13/10) petang.
Proyek seniman paduan suara Yogyakarta ini merupakan rangkaian aksi seniman mengkritisi kepemimpinan wali kota setempat dalam rangkaian Festival Seni "Mencari Haryadi" .
Selain lagu tersebut, para seniman juga menggubah lagu "Marilah Kemari". Lagu karya Titik Puspa ini syairnya diganti dengan kata-kata sindiran atas kepemimpinan Wali Kota Yogyakarta tersebut. Syair lagu tersebut diganti dengan ajakan kepada Haryadi untuk keluar dari rumahnya dan bersenang bersama-sama para seniman.
Art Director Festival Seni "Mencari Haryadi", Agung Kurniawan mengatakan, paduan suara tersebut bermaksud mengkritisi absennya negara di Kota Yogyakarta. Selain itu juga untuk “menyemangati” Wali Kota Yogyakarta yang pasif dan lamban dalam memimpin Kota Yogyakarta.
"Proyek seni ini berusaha mengingatkan bahwa tidak bisa sebuah keputusan diambil hanya dari balik meja, akan tetapi dibutuhkan riset dan pemetaan masalah, dan itu adalah salah tugas wali kota, peran yang selama ini gagal dijalankan oleh sang wali kota," ujarnya.
Sementara itu, rumah dinas Wali Kota Yogyakarta yang terletak di seberang Balai Kota setempat terlihat lengang. Haryadi Suyuti sendiri masih di Amerika Serikat mengikuti pelatihan bersama beberapa kepala daerah di Indonesia.