REPUBLIKA.CO.ID, SAMPANG--Proses perdamaian antara kelompok Islam Syiah dengan Sunni di Kabupaten Sampang harus berjalan alami dan melibatkan semua pihak yang terlibat. Cara itu dinilai paling tepat demi menjaga agar gesekan tak kembali muncul
"Alami yang kami maksudkan, atas kesadaran sendiri, tidak ada pemaksaan ataupun tekanan-tekanan," kata anggota Komisi VIII DPR RI asal Madura, Achmad Rubaie di Sampang, Ahad (13/10).
Menanggapi upaya perdamaian antara kedua kelompok bertikai di Kabupaten Sampang itu, ia menjelaskan dalam proses perdamaian antara kedua belah pihak itu juga harus melibatkan semua pihak.
"Semua pihak itu meliputi perwakilan kelompok Islam Sunni, ataupun kelompok Islam Syiah, termasuk perwakilan pemerintah, yakni Pemkab Sampang dan Pemprov Jatim," katanya.
Jika proses perdamaian hanya dilakukan oleh kelompok tertentu, kata dia, maka upaya perdamaian itu akan sulit terwujud, apalagi kasus kemanusiaan yang menimpa kelompok minoritas Islam Sampang itu tergolong parah, karena harus terusir dari kampung halaman.
"Pemerintah saya kira perlu proaktif juga dan bersikap adil dalam memperlakukan semuanya, serta yang terpenting tidak mengorbankan kelompok tertentu," kata Rubaie.
Selain itu, kata dia, yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses perdamaian itu melibatkan perwakilan semua tokoh ulama, sehingga semua pihak merasa terwadahi.
"Saya yakin, semua ulama dan tokoh-tokoh Islam setuju dengan proses perdamaian ini dan saya yakin, perbedaan paham tidak akan menyebabkan permusuhan, karena substansi ajaran Islam sesungguhnya menghormati perbedaan paham," kata Rubaie.