REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan anak perempuan dan lanjut usia merupakan kelompok paling rentan menjadi korban bencana.
"Mereka belum dapat dan tidak bisa menyelamatkan diri sendiri sehingga peluang menjadi korban lebih besar," kata Linda Amalia Sari Gumelar pada perayaan Hari Anak Perempuan Sedunia dengan tema "Anak Perempuan dan Bencana" yang diselenggarakan yang diselenggarakan oleh Plan Indonesia di Gedung RRI, Jumat (11/10).
Linda menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana, sehingga perlu dilakukan sejumlah upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap bencana. Untuk itu, kata dia, peran sejumlah pemangku kepentingan termasuk pemerintah, dunia usaha dan lembaga swadaya masyarakat sangat diperlukan dalam memberikan perlindungan kepada para korban bencana.
"Dalam kondisi bencana kita harus bersama membantu para korban termasuk dalam pemenuhan hak anak yang tidak dapat selalu terpenuhi walaupun dalam keadaan darurat," katanya.
Sementara itu, Direktur Regional Plan Asia, Mark Pierce, menambahkan semua pihak harus membuka kesempatan bagi anak perempuan untuk mengambil peran, terutama di situasi bencana. "Meskipun secara prinsipil anak laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama namun, anak perempuan masih memiliki tantangan dan hambatan dalam memperoleh hak-hak tersebut," katanya.
Anak-anak perempuan, tambah dia, juga rentan mengalami kekerasan, penganiayaan serta penelantaran di rumah, sekolah dan lingkungan bahkan dalam situasi bencana.
Sementara itu, dia juga menambahkan, banyak negara, tambah dia, perempuan memiliki kesempatan lebih sedikit dalam mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan dan pangan.