REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Ekonomi, Rhenald Kasali berpendapat, pendidikan di Indonesia mendorong pada hafalan, sehingga masih mengalami stagnasi dalam berinovasi. Jadi, rakyat Indonesia tidak dilatih kognitif feasibility-nya
Seharusnya, menurut Rhenald, semua kampus mulai mencari dewan guru besar, dari kampus lain. Jangan mencari, ditempat yang sama. Kalau ada yang membutuhkan guru besar, sebaiknya menawarkan ke kampus lain jangan mencari di kampus sendiri. Misalnya, dengan melihat hasil penelitian guru besar itu.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) ini mencontohkan, misalnya ia membuat penelitian tentang sesuatu. Nanti, kampus lain di Indonesia siapa yang tertarik dengan penelitian tersebut, bisa merekrut dirinya sebagai guru besar.
"Kalau ITB Tertarik dan UGM juga tertarik bisa angkat saya jadi guru besar. Sebaliknya, UI juga cari yang kurang apa dari ITB, UGM atau kampus lain," kata Rhenald di Forum Pengembangan Iptek dan Inovasi 2013, Kamis (10/10).
Rhenaldi berkata, Indonesia pun hingga kini tidak memiliki lembaga pendukung penelitian yang berani mengambil risiko tinggi. Perbankan, hanya berani membiayai program yang risikonya rendah. Sementara inovasi, risiko tinggi. Bahkan, dananya bisa baru kembali sampai sepuluh tahun.