Rabu 09 Oct 2013 12:38 WIB

Megawati: Harus Ada Presiden Perempuan Lagi

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
Foto: ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nasib perempuan Indonesia dinilai masih termajinalkan. Perempuan belum berada dalam posisi semestinya dalam pembangunan bangsa. Padahal, sejarah membuktikan betapa besarnya peran perempuan menjelang proklamasi kemerdekaan.

"Peran wanita saaat ini mengalami kemunduran," kata Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarno Putri dalam diskusi "Perempuan dan Peradaban Indonesia," di kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung Jakarta Selatan, Rabu (9/10).

Megawati mengatakan, di zaman kemerdekaan, perempuan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap bangsa. Mereka mencurahkan hidupnya untuk kemajuan bangsa. Kondisi ini berbeda dengan zaman sekarang.

Megawati menyatakan meskipun saat ini perempuan telah banyak mengalami kemajuan, namun kemajuan itu lebih bersifat individualistik ketimbang kolektif.

"Dibandingkan masa kemerdekaan perempuan memiliki dedication of life. Kalau sekarang perempuan lebih maju, itu benar. Tapi sifatnya masih individual," ujar Megawati.

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan ini prihatin dengan merosotnya kesadaran perempuan akan hak dan kewajiban mereka. Menurunya, kemerosotan kesadaran perempuan akan hak dan kewajiban turut berperan atas meningkatnya jumlah pengguna narkoba di kalangan remaja dan anak-nak. "Para ibu yang harus mengurus anak malah pergi menjadi TKI," katanya.

Megawati juga menyinggung minimnya kesadaran politik perempuan. Menurutnya, masih banyak kaum perempuan yang alergi terhadap politik. Padahal, kata Megawati, perempuan mestinya tahu bahwa politik lah yang menentukan kenaikan harga bahan pokok. "Ketika ada seorang ibu menanyakan harga-harga naik, sesungguhnya dia sudah berpolitik," ujarnya.

Putri sulung Presiden Soekarno ini menyatakan kesadaran politik perempuan yang rendah turut berpengaruh terhadap paradigma kaum perempuan dalam menilai dirinya. Menurutnya, banyak kaum perempuan yang hanya mengenal dia sebagai ketua umum partai politik dan mantan presiden.

Padahal menurut Megawati lingkup kerja hidupnya lebih luas dari itu. "Saya ini lho yang mendirikan BNN karena prihatin dengan bahaya narkoba. Saya juga seorang pecinta tanaman yang sedih kalau mendengar hutan konservasi ditebang," ujar Megawati.

Perempuan tidak bisa tinggal diam melihat berbagai kesemrawutan hidup yang terjadi dewasa ini. Megawati menyerukan agar kaum perempuan turut serta ambil peduli atas persoalan pendidikan, perdagangan wanita, dan tingkat kesenjangan ekonomi antardaerah. "Maka itu harus ada presiden perempuan lagi, entah tahun berapa," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement