Ahad 06 Oct 2013 16:01 WIB

Kembali Terjadi Letusan, Gunung Tangkuban Perahu Masih Waspada

Rep: Alicia Saqina/ Red: Nidia Zuraya
Gunung Tangkubanparahu
Foto: Republika/Edy Yusuf
Gunung Tangkubanparahu

REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Tingkat keamanan terkini Gunung Api Tangkuban Perahu, Desa Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, masih berstatus waspada. Sebelumnya, Sabtu (5/10), pukul 06.21 WIB telah terjadi letusan abu atau freatik selama kurang lebih 10 menit, di sekitar lubang kawah aktif.

Pengamat Gunung Api Tangkuban Perahu Ilham Mardikayanta mengatakan, usai terjadi letusan freatik di satu hari sebelumnya, Ahad (6/10) pun rupanya gunung api masih memperlihatkan aktivitas vulkanologinya yang berarti. Ia menjelaskan, Ahad (6/10), Gunung Aapi Tangkuban Perahu meletuskan letusan freatiknya kembali. ''Pada Minggu (6/10), dini hari tadi, tepatnya pukul 03.37 WIB, kembali terjadi letusan freatik di Tangkuban Perahu,'' kata Ilham, Ahad (6/10), saat ditemui ROL di Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Perahu, Cikole, Lembang.

Ia menjelaskan, letusan gas uap yang disertai abu itu berlangsung selama sembilan menit. ''Iya, ini merupakan letusan kedua setelah kemarin Sabtu, pukul 06.21 WIB. Dan kini status Tangkuban masih waspada,'' terangnya.

Ilham menerangkan, letusan freatik kedua ini beramplitudo sebesar 2 hingga 50 milimeter (mm). Ia pun mengatakan, durasi letusan freatik kali ini tak selama dibanding letusan pertama. Meski demikian, hingga Ahad (6/10) siang, tremor aktivitas gunung api di Lembang ini pun tak pernah berhenti. ''Untuk tremornya masih berlangsung terus-menerus,'' katanya sambil menunjukkan grafik tremor di ruang seismik dan pencatatan.

Terkait tremor yang terjadi, ungkapnya, hal tersebut tetap berlangsung sejak Ahad pukul 00.00 WIB. Ia mengungkapkan, di pukul 00.06 WIBnya saja, sedikitnya telah terjadi tremor vulkanik dangkal yang beramplitudo 0,5 sampai 2 mm. ''Dan kalau tremor yang berlangsung dari pukul 06.00 sampai 12.00 WIB siang tadi itu, beramplitudo di 0,5-4. Namun dominannya di 2 mm,'' ujar Ilham.

Ia menambahkan, terkait kelanjutan status, pihak tim pengamat Gunung Api Tangkuban Perahu tak bisa memprediksi, apakah saat berada di level II atau waspada ini, gunung api Tangkuban akan meningkat statusnya ke level III. Sebab semua hal terkait aktivitas Gunung Api Tangkuban Perahu, tak dapat dipastikan. Seluruhnya bergerak sesuai dengan perekaman dan pencatatan seismograf oleh tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Ilham pun menambahkan, jarak aman minimal bagi seluruh masyarakat yang berada di sekitar kawasan Gunung Api Tangkuban Perahu saat berstatus waspada itu ialah, 1,5 kilometer. ''Radius di bawah 1,5 km tidak diperbolehkan,'' tuturnya.

Sementara itu, berdasarkan pantauan ROL di lokasi, puluhan mobil dan motor yang satu-persatu mencoba untuk bertamasya ke Tangkuban Perahu pun, harus menahan sedikit kekecewaan. Sebab, pihak pengelola menutup objek wisata kawahnya yang berbelerang itu.

Puluhan pedagang yang biasa menjajakan dagangan mereka di dekat kawah, sejak kemarin berpindah. Kini para pedagang menjalankan usahanya tak jauh dari loket masuk Tangkuban Perahu. Sejumlah pedagang yang merupakan warga Desa Cikole itu mengaku cukup biasa dengan peristiwa ini. ''Iya hari ini saya berdagang di bawah, di sini. Pas kemarin lumayan besar (letusan) saya pas kebetulan libur,'' kata seorang pedagang gorengan, Ade.

Seorang pemandu wisata Tangkuban Perahu, Johan mengatakan, ia dan teman-teman sudah beberapa kali mengalami hal ini. ''Sekitar dua tahun yang lalu sama, pernah terjadi waspada seperti ini. Bahkan berlangsung selama hampir sebulan. Semoga kali ini tidak lama,'' ungkapnya.

Pihak pengelola Tangkuban Perahu pun mengatakan, sejak pertama kali terjadi letusan freatik pada Sabtu kemarin, pihaknya langsung menutup sementara objek rekreasi itu. ''Kami selalu berkoordinasi dengan tim PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Ini demi kebaikan semuanya,'' kata salah seorang staf pengelola yang enggan disebutkan namanya itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement