Ahad 22 Sep 2013 19:12 WIB

Soal Capres Partai Golkar, Ini Komentar JK

Jusuf Kalla (left) and Aburizal Bakrie (right) are both Golkar Party cadres. (file photo)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Jusuf Kalla (left) and Aburizal Bakrie (right) are both Golkar Party cadres. (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID,  SEMARANG -- Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyerahkan soal calon presiden yang akan diusung Partai Golkar apakah tetap menjagokan Aburizal Bakrie atau tidak kepada pengurus partai tersebut.

"Saya tidak bisa menilai. Yang bisa menilai kan Golkar sendiri, termasuk pengurus di daerah-daerah," katanya, usai kegiatan jalan sehat kemanusiaan Palang Merah Indonesia (PMI) Jawa Tengah di Semarang, Ahad.

Peningkatan elektabilitas capres yang dijagokan Golkar, yakni Aburizal Bakrie atau Ical, kata dia, berkaitan dengan kemampuan para pengurus partai hingga ke daerah-daerah, termasuk upaya-upaya untuk meningkatkan elektabilitasnya.

Berkaitan dengan polemik antara Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tanjung dengan Ketua Umum Golkar Ical soal usulan konvensi capres jika elektabilitas Ical masih rendah, ia enggan memberikan komentar.

 

"Ya itu kan antara ketua umum dengan dewan pertimbangan. Tentu biasa terjadi mereka saling memberikan pertimbangan-pertimbangan. Itu hak masing-masing mereka lah," kata Ketua Umum PMI tersebut.

Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu juga enggan berkomentar saat ditanya apakah pencapresan Ical sudah menjadi harga mati bagi parpol berlambang pohon beringin itu pada Pemilu 2014.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung menyarankan agar Golkar melakukan konvensi capres jika elektabilitas Ical yang dijagokan sebagai capres masih belum meningkat.

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie telah dicalonkan sebagai presiden melalui forum Rapimnas pada tahun 2012, namun Akbar menilai bahwa pencalonan itu masih jauh dari ekspektasi kader Partai Golkar.

Akbar yang juga mantan Ketua Umum Partai Golkar mengatakan idealnya capres di Partai Golkar dilakukan melalui mekanisme konvensi seperti yang pernah dilakukan menjelang Pemilu 2004 yang dinilainya cukup berhasil.

Ketika konvensi tidak lagi dilakukan Partai Golkar, kata Akbar, elemen partai pun banyak yang terabaikan seperti tidak diperhitungkannya suara dari DPD Partai Golkar tingkat kabupaten/kota.

Jokowi dan Tokoh Golkar

Sebelumnya, Board of Advisor CSIS, Jeffrie Geovanie, menuturkan, figur yang disukai rakyat untuk menjadi presiden adalah Jokowi Widodo.

Menurutnya, jika pemilihan Presiden RI dimajukan hari ini sudah dapat dipastikan Jokowi, yang merupakan kader PDIP itu  akan terpilih sebagai pemenangnya dengan suara mutlak di atas 60 persen, siapa pun lawannya.

Jeffrie memprediksi setelah Pemilu 2014, PDI Perjuangan mau tak mau harus berkoalisi dengan Golkar jika tak menggandeng Demokrat dan Gerindra.

"Namun tentu bukan Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie. Tapi Golkar pascamunas 2015," ujar Jeffrie beberapa waktu lalu.

Saat ditanya siapa tokoh Golkar yang berpeluang untuk menjadi calon wakil presiden yang akan mendampingi Jokowi? Jeffrie menjawab tokoh Golkar agar memiliki dasar untuk mengambil-alih Golkar pada munas 2015.

"Kemudian Golkar pascamunas tersebut akan berkoalisi dengan PDIP," ungkapnya.

Menurut Jeffrie, Jokowi sebagai capres dari generasi baru tentu harus mencari cawapres yang punya senioritas dalam politik Indonesia, seperti halnya Obama dengan Joe Biden.

"Tokoh Golkar senior tersebut juga sebaiknya mempunyai kemampuan diplomasi luar negeri yang baik, mengingat Jokowi akan fokus mengurus dalam negeri," papar Jeffrie.

Cawapres yang ideal mendampingi Jokowi, kata dia, harus memiliki  latar belakang militer. "Kalau sipil, ya sipil yang tegas dan berani."

Lebih baik lagi, tutur Jeffrie, cawapresnya  berbeda sukunya dengan Jokowi. Semakin sempurna kalau juga memiliki basis dukungan dari masyarakat yang sudah terbukti. 

"Kalau itu terjadi maka partai penguasa pasca2014 adalah PDIP didukung Golkar dengan partai penyeimbang pemerintahan yang dipimpin Demokrat. Kita lihat saja tidak lama lagi, satu tahun lagi," ungkap Jeffrie.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement