REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Masyarakat Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara yang mengungsi akibat letusan Gunung Sinabung membutuhkan makanan untuk bayi-bayi yang berada di lokasi pengungsian.
Dalam pesan singkat yang diterima di Medan, Jumat (20/9), Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sedikitnya makanan tersebut dibutuhkan untuk 44 bayi yang masih berada di pengungsian.
Jumlah bayi yang membutuhkan makanan khusus tersebut diketahui dari pendataan yang dilakukan di Masjid Agung Kabanjahe yang menjadi salah satu lokasi pengungsian.
Selain makanan, pihaknya juga mendapatkan laporan tentang kebutuhan popok bagi bayi yang berada dalam pengungsian di Jambur Sempakata.
Adapun kebutuhan lain yang diharapkan pengungsi adalah sapu lidi, lauk pauk, air mineral dan air bersih, BBM jenis solar, kuali besi, tempat memasak air, dan tikar.
Menurut Sutopo, berdasarkan pendataan hingga Kamis (19/9) pukul 18.30 WIB, pengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung tersebut mencapai 15.691 jiwa yang ditampung di 25 lokasi.
Meski Gunung Sinabung tidak menunjukkan adanya peningkatan aktivitas vulkanik, tetapi jumlah pengungsi tetap banyak dan meningkat dibandingkan Rabu (18/9) yang mencapai 14.991 jiwa.
Mungkin, kondisi itu disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman bencana, sehingga sebagian warga yang tinggal di daerah yang dikategorikan aman ikut mengungsi secara mandiri.
Untuk memudahkan koordinasi dan pendistribusian bantuan, petugas di lapangan berupaya untuk memperkecil jumlah lokasi pengungsian menjadi 16 titik.
Namun, sebagian pengungsi kembali ke lokasi semula. "Mereka merasa lebih nyaman di tempat semula," tukas dia.