REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pangeran Andrew mengadakan pertemuan dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa di kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (18/9). Seusai pertemuan, Hatta menyebut pertemuan antara kedua pihak berlangsung konstruktif.
"Semangat kita, volume perdagangan kedua negara meningkat disertai dengan kebersamaan. Harapannya tidak menimbulkan defisit ke salah satu negara," ujar Hatta.
Berdasarkan data Kemenko Perekonomian, volume perdagangan kedua negara 2011 mencapai 2,2 miliar dolar AS. Besarannya meningkat menjadi 3 miliar dolar AS dan diharapkan meningkat menjadi 7 miliar dolar AS di 2015.
Sementara untuk investasi Inggris ke Indonesia, besarannya pun meningkat dari 500 juta dolar AS pada 2011 menjadi hampir 1 miliar dolar AS pada 2012. "Inggris masuk lima besar investor," kata Hatta.
Hatta menyebut terdapat empat topik pembicaraan yang diangkat yakni penerbangan, ketahanan pangan, energi dan manufaktur.
Dari sisi penerbangan, Hatta mengatakan Pangeran Andrew menyoroti Bandara Soekarno-Hatta yang kerap menjadi pembicaraan. Ini akibat delayed yang kerap kali terjadi ditambah frekuensi penerbangan yang padat.
"Saya katakan itu benar. Karena kita desain 18 juta penumpang di Soekarno-Hatta tapi sekarang 60 juta penumpang atau tumbuh 10 persen per tahun," bebernya.
Kemudian dari ketahanan pangan, Hatta menyebut Pangeran Andrew menjanjikan Inggris akan membantu dari sisi pendekatan teknologi untuk meningkatkan produktifitas.
Sementara untuk energi, Hatta mengundang investor asal negeri Big Ben untuk masuk ke penyediaan energi dengan energi baru dan terbarukan. "Apakah itu dengan tenaga angin, surya atau geothermal. Pembahasan ini cukup lama," ujar Hatta.
Terakhir dari sisi manufaktur, Hatta memaparkan keinginan pemerintah untuk mendorong hilirisasi demi mengurangi ketergantungan ke bahan impor.
"Volume ekspor kita dari manufaktur 75 persen. Tapi volume impor juga 76 persennya manufaktur yaitu bahan baku penolong. Ini yang harus kita pecahkan," kata Hatta.
Secara umum, Hatta menegaskan keinginannya mengundang investasi tak lepas dari kontribusinya sebagai sumber pertumbuhan. Di samping tentunya konsumsi rumah tangga.