Selasa 17 Sep 2013 13:42 WIB

Foke Dianggap Tak Layak Sebagai Dubes Jerman

Fauzi Bowo
Foto: Antara
Fauzi Bowo

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para pelajar dan mahasiswa Indonesia di Jerman yang tergabung dalam wadah PPI se-Jerman menyampaikan agar wacana pengangkatan Foke atau Fauzi Bowo sebagai Duta Besar RI di Jerman dapat dipertimbangkan kembali.

Foke dinilai tidak layak mengemban tugas sebagai Dubes Jerman. Pandangan mahasiswa dan pelajar se-Jerman itu disampaikan dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Menlu Marty Natalegawa, Ketua DPR RI Marzuki Alie dan Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq.

Dalam surat terbukanya yang ditandatangani Ketua PPI se-Jerman Hartono Sugih yang diterima Antara London, Selasa, menilai wacana pengangkatan Fauzi Bowo sebagai calon Dubes RI untuk Republik Federal Jerman, tidak memenuhi kriteria yang tepat dan layak untuk mengemban tugas sebagai Dubes.

Hal ini didasarkan atas pertimbangan sebagai salah satu tokoh nasional, Fauzi Bowo melakukan kampanye hitam dan kampanye terselubung terhadap salah satu pesaingnya dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 dengan menggunakan isu-isu SARA.

Apa yang telah dilakukan Fauzi Bowo jelas bertentangan dengan asas Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pedoman dasar bangsa Indonesia.

Bagaimana mungkin seseorang yang pernah tidak menjunjung tinggi nilai keberagaman, dipilih dan dicalonkan sebagai Duta Besar RI dan menjadi representasi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia di kancah internasional? 

Jabatan Dubes sebagai perwakilan resmi negara Indonesia memainkan peranan yang penting dan strategis untuk meningkatkan hubungan kerja sama Indonesia dengan negara sahabat.

Tugas yang penting dan strategis ini hendaknya diberikan kepada figur yang betul-betul kompeten dalam bidang diplomasi, serta memiliki dedikasi yang tinggi dalam melayani dan melindungi masyarakat.

Para pelajar yang terhimpun dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-Jerman yang meliputi segenap PPI Cabang dan PPI Pusat di Jerman lelah melihat posisi penting ini sering menjadi komoditas politik dari para pemangku kebijakan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement