REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Kenaikan harga daging ayam yang cukup tinggi mendapat respon dari para pedagang di Sukabumi. Mereka akan melakukan aksi tidak berjualan daging ayam selama dua hari mulai Selasa (17/9) dan Rabu (18/9).
Aksi mogok ini didasarkan pada keputusan Forum Komunikasi Pengusaha Unggas Sukabumi (Fokpusi) tertanggal 13 September lalu.
"Mulai Selasa kami tidak berjualan,’’ ujar Kekeh (27 tahun), salah seorang pedagang daging ayam di Pasar Cisaat Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi.
Informasi yang diperolehnya, jumlah pedagang daging ayam di Pasar Cisaat mencapai sekitar 20 orang. Puluhan pedagang ini akan kompak mogok berjualan sebagai bentuk solidaritas. Langkah ini ungkap dia, terpaksa dilakukan untuk memprotes mahalnya harga ayam dari peternak unggas.
Saat ini harga ayam hidup dari peternak mencapai Rp 25 ribu per ekor. Padahal, pada kondisi normal hanya seharga Rp 18 ribu per ekor. Akibatnya, pedagang harus menjual daging ayam dengan harga yang mahal yakni Rp 36 ribu per kilogram.
Menurut Kekeh, lonjakan harga menyebabkan omzet penjualannya menurun sekitar 50 persen. Pasalnya, banyak pembeli yang mengurungkan niatnya untuk membeli daging ayam yang harganya mahal. Hal ini dikarenakan rendahnya daya beli masyarakat.
Kekeh mengatakan, aksi mogok ini diharapkan mampu menekan pemerintah untuk memperhatikan nasib pedagang. Bila harga terus naik, maka banyak pedagang daging ayam yang terancam usahanya.Saat ini pun, kata Kekeh, ada sejumlah pedagang yang tidak berjualan karena terkena dampak kenaikan harga. Mereka memilih libur karena keutungan yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya operasional.
Pedagang daging ayam lainnya, Asep (33) mengatakan, aksi mogok jualan dilakukan sebagai upaya menyuarakan aspirasi pedagang daging ayam. Diharapkan, harga ayam bisa turun dan kembali normal.
"Kenaikan harga sudah di luar batas,’’ ujar Asep.