Sabtu 07 Sep 2013 09:36 WIB

Kernel, Si Pembuka Borok SKK Migas

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: M Irwan Ariefyanto
Logo Kernel Oil Pte Ltd
Logo Kernel Oil Pte Ltd

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nama Kernel Oil tiba-tiba terkenal. Kepopuleran itu bukan karena perusahaan itu meraih suatu capaian luar biasa. Bukan juga karena perusahaan itu menggebrak dengan prestasinya. Memuncaknya nama Kernel  karena tersangkut kasus penyuapan Kepala SKK Migas waktu itu Rudi Rubiandini.

 

Semua orang mengecam perilaku bisnis Kernel. Semuanya juga menyayangkan pejabat "sebaik Rudi" jadi tersangka korupsi. Tapi ada hikmahnya. Setidaknya kasus itu membuka mata orang bahwa SKK Migas harus dicermati sepak terjangnya. Rudi saja "tidak tahan" dengan iming-iming duit, apalagi manusia lemah iman lainnya.

Dengan tertangkap tangannya Rudi saat menerima tumpukan dolar dari pesuruh Kernel, cukuplah alasan untuk membuka lebih lanjut borok di lembaga pengganti BP Migas itu. Jangan-jangan mafia minyak  memang ada dan masih merajalela di mana-mana.

Penegak hukum sekelas KPK tentu tidak akan berhenti pada Rudi Rubiandini. Penyidikan kasus ini merupakan momentum untuk memenjarakan semua anggota jaringan mafia migas.

Kernel Oil berdiri pada 2004 di Singapura. Bisnis utama Kernel adalah perdagangan minyak mentah dan produknya. Kernel menjadi rekanan atau pihak ketiga untuk menjual minyak mentah. Kernel berbisnis di Persia, Mediterania, hingga Afrika Barat. Pada portofolionya termasuk bitumen residu, bensin, minyak dan gas, bahan bakar minyak, high speed diesel, naptha, vaccume residue, dan lainnya.

 

Deputi Pengendalian Komersial SKK Migas Widyawan Prawiraatmadja mengungkapkan, Kernel Oil merupakan salah satu trader yang terdaftar di SKK Migas. ‘’Seingat saya telah masuk pada 2010 dan selama tender yang diadakan SKK Migas pada 2013 belum pernah menang,’’ kata dia.

 

Setelah adanya kasus suap menyuap dengan Rudi Rubiandini, Kernel Oil dicoret dari daftar peserta tender SKK Migas. Untuk sementara waktu Kernel Oil masuk ke dalam daftar hitam SKK Migas.

 

SKK Migas tidak secara langsung melakukan penjualan dari minyak yang diproduksikan. Badan pemerintah itu menunjuk pihak ketiga sebagai penjual minyak bagian negara.

 

Indonesia memproduksi minyak mentah dan kondensat sekitar 800 ribu barel per hari. Sebanyak 85 persen merupakan bagian negara dan 15 persen bagian kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Dari 85 persen bagian negara tersebut sekitar 70-80 persen diolah PT Pertamina sisanya diekspor.

 

SKK Migas mengekspor minyak sisa bagian negara itu melalui pihak ketiga seperti Kernel Oil. Ekspor itu dilakukan karena minyaknya tidak sesuai dengan spesifikasi kilang minyak Pertamina.

 

Namun kewenangan itu akan segera pupus. Pasalnya, tender minyak mentah akan dialihkan dari SKK Migas kepada PT Pertamina (Persero).

 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengaku tidak mengenal Kernel Oil. ‘’Saya tahunya, Medco, Total, Supreme Energy,’’ kata dia.

 

Plt Kepala SKK Migas Johanes Widjonarko pun mengaku hanya mengetahui Kernel sebatas perusahaan trader. Selebihnya dia tidak tahu menahu terkait Kernel Oil. Dia pun mengaku belum pernah bertemu dengan Widodo.

 

Posisi Direktur Kernel Oil dijabat oleh Meivy Ratanachaitong, warga negara Indonesia. Widodo Ratanachaitong, warga negara Indonesia, juga menjabat sebagai direktur Kernel Oil. Widodo pula yang menjadi Direktur dan pemilik Kernel Oil Pte Ltd Singapura.

Widodo mengungkapkan, banyak pemberitaan di media mensinyalir Kernel Oil berperan pada penyuapan yang dilakukan kepada Rudi Rubiandini. Dia membantah anggapan tersebut dan memastikan tidak ada kaitannya sama sekali dengan perihal tersebut.

 

Dia menceritakan, bertemu dengan Deviardi pada 20 Juli 2013 di sebuah hotel di Singapura. Dia mengaku mengenal Deviardi dan menyatakan berteman dengannya.

 

Saat pertemuan itu, Deviardi meminta bantuan kepada Widodo. Deviardi bercerita memegang uang tunai senilai 700 ribu dolar AS. Dia meminta bantuan Widodo untuk menyimpan uang itu.

 

Saat itu, Widodo tidak berpikiran negatif tentang dana tersebut. Dia mengaku tidak mempunyai alasan untuk berpikir bahwa akan ada yang menanyakan asal uang tersebut. Pasalnya seluruh uang itu terlihat baru dan terdiri dari pecahan uang 100 dolar AS dibundel dan nomor serinya berurutan.

 

Uang tersebut, kata dia, tampaknya disimpan di sebuah Bank di Singapura seperti tertulis di bundel uangnya. Selanjutnya dia menyetujui permintaan Deviardi dan uang senilai 700 ribu dolar AS itu diserahkan kepadanya dengan menggunakan kantong tas batik.

 

Beberapa hari kemudian, Deviardi meminta uang sejumlah 300 ribu dolar AS. Dia meminta uang tersebut ditransfer kepadanya di Jakarta. Melalui Kernel Oil Pte Ltd, dia meminta rekan dagangnya yang berbasis di Jakarta untuk membantu pembayaran 300 ribu dolar tersebut kepada Deviardi. Permintaan itu dibuat kepada Simon Gunawan Tanjaya. ‘’Saya tahu uang sejumlah 300 ribu dolar itu diterima oleh Deviardi,’’ kata dia.

                        

Lalu, menjelang akhir Ramadhan, Deviardi meminta sisa uang yang disimpannya sebesar 400 ribu dolar AS. Dia kembali meminta untuk dikirim ke Jakarta, permintaan itu disampaikan melalui Simon dan dia mengetahui uang itu diterima oleh Deviardi.

        

Dia mengaku asal percaya kepada Deviardi dengan penyimpanan uang dan pengembalian dana tersebut. Dia juga tak tahu menahu uang itu akan digunakan untuk apa.

 

Sejumlah media, kata Widodo, memberitakan terkait spekulasi Kernel Oil menggunakan uang senilai 700 ribu dolar AS itu untuk menyuap Rudi Rubiandini. Dia mengklaim, dugaan tersebut sama sekali tidak ada dasarnya.

 

Motivasi sebenarnya dalam transfer tersebut tidak pernah diberitahukan kepadanya. Setelah berita penyuapan Rudi meledak, dia merasa dikelabui oleh Deviardi dan rekannya untuk mentransfer uang dari Singapura ke Jakarta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement