REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Gungun Heryanto mengatakan perang opini jelang pemilu 2014 sudah dimulai. Ini tercermin dari permintaan Partai Gerindra agar Joko Widodo (Jokowi) tidak maju sebagai capres 2014. "Perang opini dimulai," kata Gungun ketika dihubungi Republika, Rabu (3/9).
Ia menyatakan, perang opini menjelang pemilu merupakan hal lumrah. Menurutnya proses komunikasi secara persuasi, negosiasi, hingga propaganda akan dilancarkan oleh mereka yang saling berebut kekuasaan.
Serangan Gerindra terhadap Jokowi pada hakikatnya mencerminkan kian diperhitungkannya sosok Gubernur DKI Jakarta itu dalam kontestasi pilpres 2014. "Justru serangan terhadap Jokowi itu berarti sosok Jokowi memang dipertimbangkan sebagai salah satu capres kompetitor," ujar Gungun.
Perkiraan Gungun, saling serang opini antarpartai akan semakin banyak terjadi menjelang pemilu 2014. Serangan opini itu menurutnya akan berakibat pada proses delegitimasi mereka yang menerima serangan.
Namun, Gungun mengingatkan serangan opini sebaiknya tidak dilakukan secara serampangan. "Kalau serampangan dan artifisial menurut saya tak akan banyak mengubah persepsi," katanya.
Gungun pribadi melihat serangan Gerindra terhadap Jokowi masih berada dalam konteks yang substantif. Tinggal tergantung bagaimana Jokowi mencari jawaban yang tepat menjawab serangan itu. "Yang akan dijadikan sasaran tembak bagi Jokowi oleh lawan-lawan politiknya yakni soal mandat kekuasaan di DKI. Itu substantif," ujarnya.
Sebelumnya Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap wacana pencapresan Jokowi. Menurutnya Jokowi mesti memenuhi janji membenahi persoalan di DKI Jakarta.
Pada saat yang sama Fadli juga berharap PDI Perjuangan mendukung pencapresan Prabowo. "Tahun 2009 kita dukung Mega. Tahun 2014 kita berharap Mega mendukung Prabowo jadi presiden," katanya.