REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan pernyataan tentang kondisi di Suriah lewat akun Twitter pribadinya. Ia mengatakan kepala pemerintahan di negara sahabat dan juga Indonesia sangat menyesalkan dan tidak bisa menerima penggunaan senjata kimia di negera tersebut.
“Sikap Indonesia jelas. Kekerasan harus dihentikan. Senjata kimia mesti dilarang. PBB dan negara di kawasan harus serius, hentikan kekerasan,” kata Presiden SBY.
Presiden SBY sempat menerima telepon dari PM Australia Kevin Rudd dan PM Malaysia Datuk Seri Najib Razak. Presiden juga menerima telepon dari PM Turki Reccep Tayyip Erdogan berkaitan dengan situasi yang berkembang di Suriah. Dengan komunikasi dengan banyak Presiden dan Perdana Menteri tentang Suriah, ia berharap semua serius untuk mengakhiri tragedi di negara tersebut.
Namun, ia juga meyayangkan Dewan Keamanan PBB tidak pernah bersepakat, dan bahkan yang terjadi saling mengancam untuk menggunakan hak veto. Akibatnya, korban jiwa bisa terus berjatuhan. “Suriah di ambang tragedi besar,” kata SBY.
Sejak tahun 2012, Presiden SBY telah membawa masalah yang terjadi di negara Suriah ke berbagai forum internasional. Saat menghadiri KTT D8 di Islamabad pada bulan November 2012 misalnya, Presiden SBY telah bertemu dengan PM Turki Erdogan, Presiden Iran Ahmaddinejad, Wakil Presiden Mesir Mekky dan Presiden Pakistan Zardary untuk membahas masalah yang terjadi di Suriah.
Presiden SBY juga membahas situasi di Suriah dengan para pemimpin dunia lainnya dalam sela-sela KTT G20, seperti Presiden Putin dan juga KTT ASEAN, Perdana Menteri Wen Jia Bao, dan HLP PBB dengan PM Inggris Cameron. Sementara pada Sidang Umum PBB, Presiden SBY telah mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan tegas terkait dengan situasi yang makin memburuk di Suriah.