REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Ary Dwipayana mengatakan soliditas Partai Golkar mendukung pencapresan Aburizal Bakrie (Ical) tidak akan berarti banyak bagi peningkatan elektabilitasnya. Ini karena masalah elektabilitas Ical tidak terkait dengan kinerja mesin partai.
Ary menyatakan, persoalan utama elektabilitas Ical ada pada figurnya. "Ical ibarat membawa ransel yang berat," kata Ary ketika dihubungi Republika, Selasa (27/8).
Ada setidaknya dua faktor utama mengapa elektabilitas figur Ical sulit didongkrak. Pertama, karena Ical dikenal masyarakat sebagai figur pengusaha konglomerat. Persepsi masyarakat terhadap pengusaha konglomerat cenderung negatif.
Acapkali para pengusaha konglomerat dianggap memiliki banyak konflik kepentingan dan hidup terpisah dengan realitas sosial masyarakat menengah ke bawah. "Persepsi publik kepada Ical yang pengusaha membawa penialian tertentu masyarakat," kata Ary.
Kedua, kata Ary, elektabilitas Ical sulit ditingkatkan karena persoalan lumpur Lapindo yang hingga saat ini belum tuntas. Persepsi publik atas penanganan korban Lapindo yang berlarut membuat citra Ical makin negatif. "Persepsi negatif masyarakat soal Lapindo masih kuat," ujar Ary.
Ary menyatakan, pekerjaan rumah besar yang mesti diselesaikan Golkar sekarang adalah mengubah persepsi negatif masyarakat terhadap Ical. "Yang mesti dilakukan memperbaiki citra dan persepsi Ical," kata Ary.