Senin 26 Aug 2013 13:02 WIB

Harga Kedelai Impor di Yogya Capai Rp 10 Ribu per Kg

Rep: Yulianingsih/ Red: Djibril Muhammad
Kedelai impor
Foto: antara
Kedelai impor

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Harga kedelai ditingkat pasar tradisional di Kota Yogyakarta mencapai Rp 10 ribu per kilogram. Kenaikan harga kedelai ini terjadi pascanaiknya nilai tukar dollar terhadap rupiah.

Menurut Kabid Pengawasan Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta Sri Harnani mengatakan, kenaikan harga kedelai tersebut merata di semua pasar tradisional di Yogyakarta.

"Dua hari lalu harga kedelai masih Rp 8 ribu sampai Rp 9 ribu per kilonya," ujarnya.

Kenaikan harga kedelai ini merata baik kedelai import maupun lokal. "Untuk lokal juga naik karena barangnya tidak ada," katanya.

Pihaknya sendiri saat ini tengah melakukan pendataan terkait stok kedelai di Kota Yogyakarta ke beberapa distributor yang ada. Pihaknya juga telah memantau kenaikan harga kedelai ini di lima pasar besar di Yogyakarta yaitu Pasar Beringharjo, Lempuyangan, Prawirotaman, Kotagede dan Kranggan.

Selain kedelai, kenaikan nilai tukar dollar juga berpengaruh pada naiknya harga tepung terigu di Yogyakarta. Harga tepung terigu saat ini mencapai Rp 7 ribu dari sebelumnya Rp 6.800 per kilogramnya. Sementara harga kebutuhan lainnya masih cukup stabil.

"Setelah stok kedelai diketahui secara pasti baru kita akan koordinasi dengan Pemda DIY terkait langkah selanjutnya terhadap kenaikan harga ini," ujarnya.

Sementara itu Kasie Bimbingan Teknik Produksi Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, Wisnu Sundaru mengatakan, kenaikan harga kedelai tersebut jelas sangat berpengaruh pada pengrajin tahu dan tempe di Kota Yogyakarta. "Kalau harga bahan bakunya naik tentu akan berpengaruh besar," ucapnya.

Berdasarkan data 2012 jumlah pengrajin tahu dan tempe di Kota Yogyakarta sebanyak 137 unit. Pengrajin tempe dan tahu ini tersebar di Kelurahan Pandeyan, Tegalrejo, Kricak, Giwangan, Bener, Umbulharjo dan Keparakan.

Pihaknya juga mengkhawatirkan menguatnya dollar terhadap rupiah juga akan mengancam industri lainnya di Yogyakarta seperti batik, cor logam, bahkan makanan.

"Yogyakarta ini banyak sekali industri kecilnya, dan banyak diantaranya menggunakan bahan baku import. Kita tengah mendata dampaknya ke industri kecil di Yogyakarta," katanya menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement