REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengakui bahwa arus urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota sulit dibendung selama sektor pendorongnya belum dapat diatasi.
"Terutama pascaLebaran, arus urbanisasi kerap mengalami peningkatan," kata Kepala BKKBN Fasli Jalal di Jakarta, Senin.
Fasli mengatakan, daya tarik kota dengan berbagai fasilitas kehidupan yang lebih lengkap, menjadi salah satu faktor yang memicu tingginya angka urbanisasi di Indonesia.
"Menurut prediksi, diperkirakan lebih dari 40 persen penduduk Indonesia hidup di perkotaan," katanya.
Menurut Fasli, pada saat ini, fasilitas kehidupan di kota seperti layanan kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja lebih beragam dibanding desa.
"Itu mengakibatkan arus urbanisasi semakin sulit di cegah karena masyarakat terdorong mendatangi lokasi-lokasi yang menjadi pusat konsentrasi segala fasilitas kehidupan," katanya.
Karena itu, kata Fasli, urbanisasi pascaLebaran disebabkan oleh banyak warga daerah yang ingin mencoba peruntungan nasib, mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan meningkatkan kesejahteraan serta mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik.
Untuk mencegah makin tingginya angka urbanisasi, menurut Fasli perbaikan infrastruktur dan pembangunan berbagai fasilitas kehidupan di daerah harus di perbaiki.
"Terutama yang menyangkut fasilitas kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja yang menyangkut hajat hidup orang banyak," katanya.