REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah 68 tahun Indonesia merdeka dari penjajah, namun banyak pihak menilai, bangsa ini belumlah merdeka dalam artian sebenar-benarnya.
Sejatinya, masih banyak warga Indonesia yang terjerat berbagai belenggu seperti kemiskinan, budaya, dan moral yang menjadikan bangsa ini tidak bisa dikatakan merdeka.
"Jika dilihat dari berbagai sisi, kemerdekaan yang dirasakan bangsa Indonesia masih kemerdekaan semu. Dari sisi ekonomi, politik, budaya, dan aspek lainnya. Kita masih terjajah," kata Said Agil Siradj kepada Republika di Jakarta, Kamis (15/8).
Said menyayangkan, bahkan untuk memilih orang yang akan memimpin negri ini saja, rakyat Indonesia masih belum merdeka. Dari Pemilu Presiden hingga Pilkada, mereka yang memilih masih belum merdeka.
"Masih maraknya money politic membuat mereka tidak bisa merdeka memilih sesuai hati nurani mereka. Jeratan kemiskinan yang paling membuat rakyat Indonesia tidak merdeka," ujar Said.
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Ali Mustafa Ya'qub menambahkan, sudah 68 tahun Indonesia merdeka tapi mayoritas orangnya masih mengatakan bahwa bangsa ini tengah terpuruk.
"Bahkan mereka yang belakangan merdeka dari Indonesia seperti Malaysia dan Singapura justru sudah maju meninggalkan kita," jelasnya.
Menurut Ali, penyebabnya karena karakter orang Indonesia yang lebih menyukai perkara-perkara kecil ketimbang mengambil suatu yang lebih besar.
"Dalam shalat saja contohnya. Pekerjaannya sama, tapi mereka lebih memilih yang pahalanya satu ketimbang yang 27 derjat. Kalau untuk yang baik, orang kita lebih senang sendiri-sendiri ketimbang berjamaah. Kalau hal-hal yang buruk baru berjamaah seperti korupsi," papar Ali.
Selain itu, penyebab keterpurukan bangsa karena masyarakat Indonesia lebih senang melakukan hal-hal yang bersifat individualis ketimbang sosialis.