Selasa 13 Aug 2013 20:38 WIB

Pengamat: Hasil Survey Jangan Jadi Patokan Konvensi

Partai Demokrat
Partai Demokrat

REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO--Hasil survei dianggap hanya menjadi salah satu alat ukur, bukan menjadi satu-satunya rujukan untuk menetapkan hasil konvensi Capres partai Demokrat.

"Mematok survei sebagai alat ukur dengan sendirinya juga menafikan partisipasi warga Partai Demokrat sendiri. Padahal, partisipasi warga Demokrat mestinya menjadi sesuatu yang dengan sendirinya menjadi bagian inti dari konvensi ini," kata pengamat politik Ray Rangkuti, lewat pesan elektronik di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (13/8).
Direktur Nasional Lingkar Madani (LIMA) Indonesia itu menyatan selain keterlibatan masyarakat umum di dalam survey, perpaduan pemilihan dari suara pengurus partai dengan hasil survei memberi bobot demokrasi dan subtansialitas. "Setidaknya hal ini dapat menyinkronkan antara popularitas calon dengan verifikasi ide, visi dan misi dari yang bersangkutan," ujarnya.

 
Metode penetapan capres hasil konvensi Demokrat melalui hasil survei juga berpotensi menjadikan spirit konvensi semata ajang pertaruhan popularitas dan citra. Setidaknya, kata dia, ada dua kelemahan dalam hal ini. Pertama, cara ini akan menggiring para kandidat capres untuk berlomba-lomba memopulerkan diri dengan sebanyak-banyaknya tampil di publik, menggenjot popularitas dengan iklan.
 
"Hal ini dapat mengaburkan tujuan pencarian kandidat capres dengan visi Indonesia yang maju, bersih dan sejahtera," katanya. Kandidat akan lebih terpancing untuk lebih mengutamakan persepsi daripada fakta. Alhasil yang digalakkan, imbuhnya, adalah bagaimana membuat persepsi baik di mata masyarakat sekalipun faktanya jauh dari itu.
 
Kedua, jika penetapan kandidat capres akhirnya mendasarkan pada hasil survei, maka hakekatnya tak perlu konvensi yang alami dan berjalan apa adanya, banyak tokoh yang mendapat apresiasi dan penilaian layak di mata masyarakat saat ini.
 
Banyak survei yang diungkapkan ke masyarakat saat ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk melirik calon presiden yang dimaksud. "Justru menjadi lucu, nama yang begitu luas muncul di persepsi masyarakat sebagai calon presiden yang diungkapkan melalui berbagai survei malah tidak diundang untuk terlibat dalam konvensi," tutur Ray.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement