REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Iwan Permadi, pilot pesawat Lion Air yang tergelincir di Bandara Jalaluddin Gorontalo mengaku kondisi pesawat yang dikemudikannya pada Selasa (6/8) malam dalam kondisi laik terbang.

Ia juga mengatakan saat akan mendarat di Bandara Jalaluddin pilot sudah memastikan semua prosedur berjalan normal, laporan cuaca bagus, dan komunikasi dengan pihak bandara berjalan lancar.

Menurutnya penyebab pesawat meleset keluar landasan akibat kehilangan kontrol setelah menggilas sapi yang melintas di bandara saat akan mendarat. "Ternyata di sebelah kiri roda pesawat terlihat ada sapi tergilas dan di sebelah kanan penuh bercak darah, itu penyebab pesawat tidak terkontrol," kata dia di Gorontalo, Rabu (7/8) dini hari.

Iwan mengatakan tidak mengetahui seberapa sering landasan Bandara Jalaluddin dilintasi hewan, namun ia sebelumnya sempat melihat ada beberapa ternak di sekitar landasan pada siang hari. "Sepertinya tadi sapi itu silau oleh cahaya dan akhirnya berputar-putar di landasan," kata dia.

Ia juga mengaku tadinya sebelum mendarat ia mengira sapi yang melintas adalah anjing. "Ternyata itu adalah tiga ekor sapi yang sedang melintas di tengah landasan, ketika prosedur mendarat telah dijalankan," ujar dia.

Tubrukan pesawat dengan sapi, kata dia, terjadi pada kecepatan pesawat 40 knot. Akibatnya pesawat tak bisa direm lagi hingga meleset keluar landasan. "Beruntung tanah di sekitar landasan becek sehingga pesawat bisa berhenti. Suasana kabin bisa dikontrol, tapi kami sempat melihat ada asap dan bau menyengat seperti daging terbakar," ujarnya lagi.

Seperti dilaporkan sebelumnya, pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-892 tersebut mengangkut 110 penumpang termasuk lima bayi, tujuh orang kru termasuk pilot Iwan Permadi dan co-pilot Faisal Hasnan. Di antara para penumpang tersebut, juga ada mantan polisi Gorontalo yang kini menjadi artis, Norman Kamaru.

Tak ada korban jiwa dilaporkan dalam kecelakaan ini, namun dua penumpang cedera patah kaki.

Ikuti Whatsapp Channel Republika