REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Tim Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Provinsi Kepulauan Riau menyisir perairan Bintan yang berbatasan dengan Johor, Malaysia, untuk mencari puluhan orang yang diduga warga negara Indonesia (WNI) yang tenggelam bersama kapal yang ditumpanginya.
"Tadi subuh hingga siang kami melakukan pencarian para korban di perairan Bintan yang berbatasan dengan Malaysia. Akan tetapi, kami belum menemukannya. Pencarian dihentikan karena cuaca memburuk," kata Pelaksana Tugas Basarnas Kepri Hamid di Tanjungpinang, Ahad (4/8).
Basarnas Kepri memastikan kapal yang digunakan orang-orang yang tenggelam itu tidak resmi. Orang-orang yang berada di dalam kapal itu juga belum dapat dipastikan warga negara Indonesia.
Malaysian Maritime Enforcement Agency (MMEA) menyatakan bahwa kapal itu tenggelam pada hari Kamis (1/8) malam. Para korban menurut MMEA adalah pendatang haram. Akan tetapi, tidak disebutkan asal negaranya.
Pendatang haram tidak dapat hanya diartikan sebagai warga Indonesia yang bekerja di Malaysia secara ilegal karena warga negara lainnya juga ada yang bekerja di negara itu. "MMEA memang berhasil menyelamatkan empat orang dari 44 korban, tetapi tidak dapat dipastikan apakah korban lainnya WNI meski korban yang berhasil diselamatkan itu WNI," ujarnya.
Hamid mengemukakan, selain belum jelasnya kewarganegaraan para korban, Basarnas Kepri juga belum dapat memastikan apakah tujuan kapal itu ke Batam atau tidak. Basarnas tidak dapat bertindak optimal untuk menyelamatkan para korban serta mendapatkan informasi yang mendalam karena lokasi kapal tenggelam itu di Malaysia.
Penyisiran dilakukan di perairan itu karena dikhawatirkan korban yang belum berhasil diselamatkan itu WNI. Selain itu, para korban juga berpotensi dibawa gelombang atau arus hingga ke perairan Bintan. "Besok kami akan melakukan penyisiran kembali," ungkapnya.