REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi Indonesia dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid mengatakan apa yang terjadi di Mesir adalah sebuah kejahatan bagi demokrasi dan kemanusiaan.
Menurut dia, militer Mesir telah meruntuhkan tembok demokrasi dengan mengkudeta pemimpin pertama yang terpilih secara demokratis.
Bukannya kemudian melahirkan rekonsiliasi untuk merangkul seluruh kelompok politik, militer malah meminta rakyat turun ke jalan untuk memberikan mandat untuk melakukan kekerasan. Artinya, menurut Hidayat, militer telah menunggangi rakyat untuk melakukan kekerasan.
Hidayat menambahkan pemerintah sementara yang dibentuk militer juga menunjukkan sikap otoritarian. Ia mengaku sangat senang dengan komentar Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon yang meminta Muhammad Mursi dibebaskan.
Begitu juga dengan Amerika Serikat (AS) yang meminta kekerasan dihentikan. Namun, Hidayat mengatakan sepatutnya internasional mengambil langkah lebih serius. Tentu saja agar masyarakat muslim mempercayai demokrasi.
Jika tidak, Hidayat meyakino dunia internasional sama saja seperti memberikan amunisi dan menciptakan terorisme. ''Kelompok teroris di sana bisa mengatakan kepada kelompok Islam pro demokrasi bahwa langkah mereka sia-sia,'' kata dia kepada Republika, Ahad (28/7).
Hidayat juga mengaku sangat menyesalkan sikap diam Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam. Sepatutnya mereka melakukan aksi solidaritas dengan apa yang terjadi di Mesir.