REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sejumlah pedagang daging sapi mengaku menjual daging sapi impor membutuhkan penanganan lebih, dibanding menjual daging sapi lokal.
Selain itu, para pedagang juga harus mengeluarkan modal lima ribu rupiah lebih besar untuk setiap kilogram daging untuk menutupi biaya penyusutan daging, Sabtu (27/7).
Ahdi Hidayat (22 tahun) seorang pedagang daging sapi di Pasar Cikupa, Desa Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten mengatakan, daging impor belum beredar di pasar tersebut. Namun ia sudah mendengar informasi dari pedagang lainnya jika harga daging impor dari sumbernya Rp 67-Rp 75 ribu per kilogram. Sementara untuk harga daging lokal dari penjagal atau RPH berkisar Rp 69,5 ribu sampai Rp 73,5 ribu.
"Kalau harganya sinkron antara daging impor sama lokal mau jual lah. Tapi daging impor gak bisa dijual langsung, ada penanganan tambahan harus didinginkan dulu," tuturnya.
Ahdi menjelaskan, jika akan menjual daging impor keesokan hari, maka lima jam sebelumnya harus didiamkan atau didingankan terlebih dahulu. Sebab, kalau tidak diperlakukan seperti itu, maka daging akan keras dan susah dipotong.
Selain itu, dikatakan Ahdi, banyak pembeli yang lebih menyukai daging lokal dari pada daging sapi beku impor. "Peminatnya kurang untuk daging beku, rata-rata lebih banyak milih daging lokal," ungkapnya.
Selain itu, menurutnya untuk pedagang bakso sudah pasti kebanyakan akan memilih daging lokal ketimbang daging beku. Padahal sebagian pelanggannya adalah penjual bakso setiap harinya.