REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo belum dapat memastikan apakah Joko Widodo mendapatkan restu dari Megawati apabila Gubernur DKI Jakarta itu masuk bursa Pilpres 2014.
"Meski Jokowi memiliki tingkat elektabilitas tinggi, tapi nama dia tetap menjadi bagian yang dipertimbangkan," kata Tjahjo seusai menjadi salah satu pembicara dalam acara Rilis Telesurvei Terpopuler 2013 di Wisma Kodel, kawasan Kuningan, Jakarta, seperti dikutip Antara, Rabu.
Dia mengatakan pihak partai akan terus memantau tren elektabilitas, baik dari lembaga survei resmi atau yang sengaja dibuat oleh suatu partai politik.
Pernyataannya itu keluar setelah lembaga survei dari Sekolah Pemerintahan Soegeng Sarjadi merilis hasil jajak pendapat jarak jauh mereka dan menempatkan Jokowi dalam posisi teratas elektabilitas figur.
Mantan Wali Kota Surakarta itu mampu mengungguli calon lainnya dengan persentase 25,48 persen. Sedangkan di posisi kedua Prabowo Subianto dengan 10,52 persen atau unggul dalam kisaran lima persen dari Jusuf Kalla yang meraih 5,69 di peringkat tiga.
Sementara itu, responden yang belum menentukan pilihannya (swing voters) lebih banyak daripada persentase elektabilitas Jokowi dengan 37,87 persen.
Meski begitu, partai berlambang banteng itu, kata Tjahjo, tidak akan tergesa-gesa menunjuk capresnya walaupun telah banyak lembaga survei yang mengunggulkan Jokowi dan mengidamkan PDIP.
"Kami tidak bisa melihatnya sekarang karena dinamika regional, nasional dan internasional akan terus berubah. Kami juga belum mengetahui kondisi riil tahun 2014 pilpres akan seperti apa. Harapannya hasil survei itu konsisten hingga pelaksanaan Pemilu 2014," kata Anggota Komisi I DPR RI itu.
Menurutnya, PDIP akan terus menyerap aspirasi masyarakat termasuk keinginan rakyat apabila mereka menginginkan Jokowi maju dalam bursa Pilpres 2014. Hanya saja jajaran partai akan mencermati dengan seksama tentang tren publik dan juga opini mereka.
Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, menegaskan, Pilpres 2014 adalah momentum untuk generasi baru atau tokoh muda bertarung merebut kursi RI 1.
Dua di antara tokoh muda itu, kata Jeffrie, adalah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. "Dengan dua kandidat capres wajah baru tersebut, masyarakat Indonesia akan mengabaikan wajah-wajah lama," ujarnya.
Gita Wirjawan bisa maju sebagai capres tak lepas dari terobosan SBY yang menerapkan metode konvensi untuk menjaring calon presiden. Sedangkan Jokowi akan didukung PDIP. Pasalnya, elektabilitas mantan wali kota Solo itu kian moncer.
"Dugaan saya, Megawati pun akan ikhlas melepaskan tiket pencapresan PDIP pada Jokowi yang semakin melejit elektabilitasnya saat ini," cetus Jeffrie.
Jeffrie juga memprediksi jutaan orang Indonesia akan memaksa Jokow iuntuk bersedia maju. Menurut Jeffrie, dukungan itu akan disampaikan secara bergelombang alamiah oleh rakyat Indonesia selambat lambatnya November tahun ini.
“Jokowi menjadi harapan baru untuk masyarakat. Ini bukan tanpa alasan, karena Jokowi tampil menjadi sosok yang tanggap dan cepat mengatasi persoalan masyarakat,” ujarnya.
Lebih jauh Jeffrie menjelaskan, jawaban Jokowi yang mengaku enggan memikirkan kursi presiden di tahun 2014 mendatang adalah sikap yang tepat.
”Justru jawaban-jawaban Jokowi bahwa dia tidak memikirkan capres 2014 dan hanya memikirkan tanggung jawabnya untuk membenahi kota Jakarta adalah pilihan jawaban yang tepat dan benar. Jokowi memang tidak harus memikirkan apalagi mendesain agar dirinya jadi capres 2014,” kata Jeffrie.