Ahad 21 Jul 2013 22:11 WIB

Hibah Pesawat Hercules Australia Dipertanyakan

Pesawat Hercules. Ilustrasi
Pesawat Hercules. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Helmy Fauzi mempertanyakan hibah pesawat angkut Hercules C-130 tipe H dari Australia ke Indonesia karena hibah empat pesawat itu harus disertai pengeluaran sebesar 63 juta dolar Australia.

"Penyebutan hibah diduga kamuflase menutupi pembelian pesawat yang sudah tua," kata Helmy di Jakarta, Ahad (21/7).

Ia mengaku bahwa Komisi I DPR cukup tersentak atas adanya biaya pada hibah pesawat tersebut karena Pemerintah sama sekali belum pernah menjelaskannya.

"Pemerintah harus menjelaskan. Kami sudah minta untuk memanggil Kementerian Pertahanan karena hal ini menyangkut penggunaan anggaran yang harus lebih dahulu disetujui oleh DPR," kata Helmy.

Menurut politikus PDI Perjuangan ini, jika pesawat itu hibah, seharusnya bebas biaya. Akan tetapi, bila keempat pesawat tua itu dibeli, Kemhan dan TNI harus jujur dan transparan.

Apalagi, lanjut dia, peremajaan keempat pesawat tidak memberdayakan industri pertahanan dalam negeri yang sudah memiliki sumber daya manusia berklasifikasi internasional. Peremajaan keempat pesawat di industri dalam negeri, maka Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk melakukan transfer teknologi.

"Pemerintah kok aneh. Ingin memajukan industri pertahanan tetapi implementasinya bertolak belakang. Lebih senang pesawat tua dan menggunakan industri pertahanan luar negeri. Ada apa?" katanya.

Ia menyatakan bahwa DPR RI mendukung Pemerintah menambah alutsista TNI. Namun, bukan pengadaan pesawat berusia relatif sangat tua.

Sementara itu, pengamat militer dan pertahanan Andreas Pareira mengatakan sejumlah musibah jatuhnya pesawat TNI AU yang sudah tua pada tahun 2012 dan 2013 seharusnya menjadi pelajaran berarti bagi Pemerintah maupun TNI.

"Catatan ini belum termasuk musibah dalam 10 tahun terakhir," kata mantan anggota Komisi I DPR ini.

Menurut dia, musibah jatuhnya pesawat TNI makin menyusutkan citra dan kekuatan pertahanan negara karena banyak peralatan tempur yang dimiliki sudah tua, tetapi masih tetap dipergunakan.

"Ironisnya, pemerintah lebih tergerak untuk mengadakan pesawat tua. Padahal, pengadaan pesawat tua sama artinya menyusutkan kekuatan pertahanan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement