Rabu 17 Jul 2013 19:55 WIB

Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia Tinggi

Rep: Fenny Melisa/ Red: Djibril Muhammad
Anak berkebutuhan khusus
Foto: Antara
Anak berkebutuhan khusus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Indonesia ternyata cukup besar. Diperkirakan ada kurang lebih 4,2 juta ABK di Indonesia jika menggunakan asumsi PBB yang menyatakan bahwa paling sedikit 10 persen anak usia sekolah (5-14 tahun) menyandang kebutuhan khusus.

"Jumlah anak usia sekolah di Indonesia berdasarkan data BPS 2005 sebesar 42.870.041 jiwa. Jika asumsi PBB digunakan, maka ada 4,2 juta ABK di Indonesia. Sebuah jumlah yang besar," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal pada pembukaan Parenting Education Dalam Rangka Hari Anak Nasional Tahun 2013, di Auditorium BKKBN Jakarta Timur, Rabu (17/7).

ABK adalah anak yang mengalami disfungsi secara fisik, mental/intelektual, social, dan emosional. Fasli mengatakan disfungsi tersebut dapat terjadi karena kondisi lingkungan seperti kemiskinan, bencana, atau konflik atau akibat pola asuh yang keliru dalam keluarga. "Padahal, penanganan terbaik terhadap ABK ada pada keluarga," ujarnya.

Olseh sebab  itu, Fasli menuturkan, pemberian kesadaran dan pengetahuan mengenai ABK perlu diberikan sejak dini dalam sebuah keluarga terutama kepada sang ibu sejak kehamilan. Apalagi, saat ini mulai terdeteksinya peningkatan kelahiran jumlah ABK.

"Minimnya pengetahuan kaum ibu tentang disfungsi pra kelahiran dan pascakelahiran adalah salah satu yang menyebabkan anak-anak dengan gangguan perkembangan sering terlambat ditangani," kata Fasli.

Dalam situasi ini, Fasli mengatakan, keluarga juga perlu  memiliki pengetahuan yang cukup tentang berbagai disfungsi yang terjadi pada masa kehamilan hingga masa tumbuh kembang anak agar mampu memberikan penangan sejak dini kepada ABK yang baru lahir.

Di BKKBN sendiri, Fasli melanjutkan, ada program Bina Keluarga Balita (BKB) dimana dalam program ini dilakukan pemberdayaan keluarga dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak sejak balita termasuk di dalamnya pemberian pengetahuan mengenai intervensi dini pada ABK.

"Melalui kegiatan BKB, diharapkan keluarga mampu mengasuh anak dengan baik sehingga mampu mendeteksi dan mengintervensi putra putrinya jika berkebutuhan khusus," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement