Kamis 11 Jul 2013 23:14 WIB

BI Jatim Siapkan Rp 11,9 Triliun Uang Pecahan

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Djibril Muhammad
Bank Indonesia
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah IV Jawa Timur menyiapkan pecahan uang sebesar Rp 11,9 triliun untuk mengantisipasi tingginya tingkat penukaran uang jelang Lebaran.

Akses penyaluran tersebut dapat dilakukan di bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR) terhitung tanggal 9 Juli 2013.

Direktur Kantor Perwakilan BI Wilayah IV, Hamid Ponco Wibowo mengatakan, jumlah uang disediakan Rp 1,6 triliun untuk uang pecahan Rp10 ribu ke bawah dan Rp1 0,3 triliun, uang pecahan di atas Rp20 ribu. Sedangkan waktu yang dijadwalkan yakni Selasa, Rabu dan Kamis pukul 09.00 WIB-12.00 WIB.

"Bukan hanya penukaran pecahan, bank juga masih memfasilitasi penukarang uang rusak," kata Hamid Ponco menjawab Republika usai jumpa pers di Gedung Kantor Perwakilan BI Jatim, Surabaya, Kamis (11/7).

Dia menyebutkan, pihaknya juga telah mempersiapkan segela jenis bank mulai dari kantor cabang, kantor pembantu, kantor kas, hingga outlet bank untuk melayani penukaran uang. Namun untuk wilayah yang dinilai jauh dari kawasan perbankan seperti Madura, kata Hamid, BI akan menyiapkan mobil kas keliling.

Adapun empat kantor BI Jatim meliputi Surabaya mendapat jatah Rp 8,6 triliun, Jember Rp 1,4 triliun, Kediri Rp 2,3 triliun dan Malang Rp 1,3 triliun. Namun jumlah itu masih dinilai fluktiatif, bergantung dari kebutuhan masyarakat terhadap penukaran uang ke depannya.

"Namun di 2012 lalu, dari estimasi yang kami siapkan Rp 12 triliun, realisasinya hanya Rp 10,9 triliun," ujarnya.

Dia juga menyebutkan, nominal yang sekarang sudah mengalami peningkatan Rp 1 triliun di banding tahun lalu. Tiap-tiap pecahannya pun ditambah berkisar Rp 290,6 miliar dan jumlah uang kecil meningkat menjadi 13,6 persen dibanding tahun lalu yang hanya 12 persen.

Dia berharap dengan perhitungan itu dapat meminimalisir potensi masyarakat menukarkan uang di sembarang tempat. Menurut dia, dengan menukarkan uang di tempat non formal, maka banyak hal yang perlu diwaspadai, seperti terselipnya uang palsu.

"Sebab, aktifitas ekonomi di dua bulan terakhir ini cukup tinggi, sehingga kemungkinan beredarnya uang palsu juga semakin marak," kata Hamid.

Dia menyebutkan, untuk tahun 2012, uang palsu yang beredar mencapai 24.600 lembar atau senilai Rp 2,1 miliar. Sedangkan per Juni 2013, pihaknya telah mendata peredaran sebanyak 15.500 lembar, atau Rp 1,3 miliar.

Meski nominal tersebut dinilai belum terlalu besar, namun dia meminta masyarakat harus meredam peredarannya dengan cara mengantisipasi transaksi atau penukaran uang. Dia memperkirakan, jumlah uang palsu tahun ini akan cenderung berkurang dari tahun lalu, karena pascalebaran, aktifitas ekonomi akan menurun.

"Karena itu, kami tekankan agar selama jelang lebaran ini,fasilitas penukaran uang di bank dapat dioptimalkan," ujar Hamid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement