REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan transisi politik di Mesir bisa berlangsung secara damai. Hal tersebut diungkapkannya saat memberikan sambutan sebelum acara bukan puasa bersama para pimpinan kepala negara di Istana Negara, Kamis petang (11/7).
“Kita mendoakan semoga prahara politik yang terjadi di mesir bisa diakhiri dan transisi politik yang terjadi di negeri itu bisa berlangsung secara damai, demokratis dan berdasarkan kehendak rakyat mesir sendiri,” katanya.
Menurutnya, peristiwa di Mesir haruslah menjadi pembelajaran. Terutama berkaitan dengan transisi politik yang tidak pernah mudah seperti membalikan telapak tangan. Menurutnya, banyak bangsa yang mengalami masa yang tidak menyenangkan ketika perubahan terjadi. Termasuk Indonesia.
“Begitulah kalau kita melakukan kilas balik dari perjalan bangsa kita, kita selamat dari perjalanan itu dan dibarengi perjalanan yang tidak kecil. Kita masih ingat semua 15 tahun lalu saat negara kita menjalankan krisis dan kita melakukan reformasi,” katanya.
Bukan perubahan revolusioner yang besar tetapi perubahan yang bertahap dari cita-cita dari zaman kegelapan ke perubahan yang dipenuhi cahaya iman. Itulah, menurut SBY, hakekat reformasi dan hakekat demokrasi yang mengemban tugas perubahan yang besar.
Menurutnya, transformasi dan reformasi yang terjadi tidak lain kesinambungan dan perubahan. Apa yang telah diletakkan landasannya, yang dilakukan oleh pemimpin negara harus dipertahankan.
“Yang penting ketika kita ingin melakukan transformasi di negeri ini harus ingat konsensus dasar, boleh ada perubahan UUD, perubahan UU, sepanjang fundamental konsensus kita jaga dan kita pertahankan."