Rabu 03 Jul 2013 19:25 WIB

Babad Diponegoro dan Nagarakretagama Diakui UNESCO

Gedung UNESCO. Ilustrasi
Foto: AP
Gedung UNESCO. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya (Unesco), mengakui "Babad Diponegoro" dan "Nagarakretagama" sebagai ingatan kolektif dunia secara internasional atau "International Memory Of the World" (MOW).

"Ini adalah bagian dari sejarah dunia yang membanggakan Indonesia. Karena untuk masuk dan diterima di dunia internasional itu susah sekali," ujar Kepala Bidang Litbang Kominfo Aizirman Djusan di Jakarta, Rabu.

Dokumen "Nagarakretagama" dan naskah otobiografi "Babad Diponegoro" berhasil diakui sebagai International MOW Register pada Juni 2013.

Sebelumnya pada 2007, Indonesia mengajukan "Nagarakretagama" dalam Regional MOW Register yang kemudian disetujui Unesco dalam sidang tahun 2008 di Canberra, Australia.

"Pada akhir Maret 2012 dokumen ini kembali diajukan bersama naskah otobiografi 'Babad Diponegoro' dan akhirnya diakui pada Juni ini," jelas Aizirman.

Pada kesempatan yang sama, Guru Besar dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Edi Sedyawati menjelaskan bahwa "Nagarakretagama" adalah dokumen gubahan Empu Prapanca yang merupakan deskripsi kejayaan dan kebesaran Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

Dokumen kuno ini ditulis di atas daun lontar dengan huruf dan Bahasa Jawa Kuna, serta berisi tentang hukum, undang-undang serta tata pemerintahan yang menjadi warisan Majapahit.

"Sementara 'Babad Diponegoro' sendiri adalah satu otobiografi dan perjalanan hidup Pangeran Diponegoro," ujar Edi.

Edi lalu menjelaskan bahwa MOW adalah satu program dari Unesco yang bertujuan untuk menghargai dan merawat serta mengupayakan publikasi atas peninggalan-peninggalan berupa catatan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa kesejarahan atau pun budaya yang dianggap penting bagi dunia.

"Di samping program MOW yang digerakkan oleh Unesco, Indonesia pun merencanakan satu program penghargaan Memory of the Nation," kata Edi.

Program tersebut dikatakan Edi merupakan satu ungkapan dokumenter yang mempunyai relevansi bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan.

"Ini masih dalam persiapan, isinya bisa rekaman-rekaman bintang radio, atau pun film-film nasional awal Indonesia seperti 'Si Pintjang' atau 'Krisis'," imbuh Edi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement