Ahad 30 Jun 2013 16:59 WIB

BPOM: 60 Persen Situs Online Jajakan Obat Kuat Ilegal

Rep: Fenny Melisa/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi jual beli online
Foto: IST
Ilustrasi jual beli online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penyidikan Obat dan Makanan BPOM Hendri Siswadi mengungkapkan 60 persen dari 129 situs online yang ditemukan BPOM dalam Operasi Pangea VI menjajakan obat kuat ilegal. "Kebanyakan obat kuat ilegal yang dipasarkan melalui situs-situs online. Sejenis obat disfungsi ereksi/viagra ilegal dan palsu," ujar Hendri kepada ROL,  Ahad (30/6).

Menurut Hendri obat kuat yang dipasarkan di situs online semisal obat kuat yang dikonsumsi pria maupun yang dikonsumsi wanita. Selebihnya, atau sekitar 40 persen menawarkan kosmetika tanpa izin edar yang mengandung zat berbahaya, obat pelangsing, atau obat pemutih kulit. "Kalau merknya saya tidak hafal. Datanya ada di kantor," ujar Hendri.

Lebih lanjut Hendri menuturkan pada pemusnahan 17.031 item obat dan makanan ilegal selama periode Januari-Juni 2013 oleh BPOM/Balai Besar POM, paling banyak dimusnahkan yaitu obat tradisional ilegal yang mengandung bahan kimia obat seperti jamu merk Dewa. "Jamu sebenarnya bagus tapi dicampur bahan kimia  obat misalnya CTM justru malah bisa membahayakan ginjal dan hati," jelas Hendri.

Kemudian, menjelang Ramadhan, Hendri menuturkan BPOM akan lebih meningkatkan pengawasan makanan dibanding pengawasan obat-obatan. Hal tersebut dilakukan karena bulan Ramadhan berkaitan erat dengan kesediaan makanan bukan obat. "Bulan Ramadhan tentu pengawasan untuk makanan akan kami lakukan. Terutama pengawasan terhadap makanan yang dijadikan parsel," kata Hendri.

Menurut Hendri, menjelang bulan puasa atau saat bulan puasa hingga lebaran  semakin banyak jenis makanan yang beredar di masyarakat baik yang ilegal maupun yang kadaluarsa dan seringkali makanan tersebut dijadikan parsel. "Kalau untuk produk makanan dalam negri tidak masalah  tapi makanan ilegal atau yang kadaluarsa dari luar negri kadangkala dijadikan parsel. Yang kadaluarsa ditaruh di tengah biar nggak kelihatan. Ini yang menjadi perhatian BPOM," paparnya.

Lebih lanjut Hendri menuturkan BPOM tidak memiliki jadwal pasti kapan akan terjun ke lapangan untuk melakukan pengawasan namun ia mengatakan akan selalu memantau peredaran makanan terutama dari wilayah perbatasan Indonesia seperti Kalimantan Timur, Medan, dan Batam. "Kami pantau bekerjasama dengan polisi dan bea cukai. Untuk tahun ini tidak terlalu banyak yang masuk  seperti dulu karena sudah ditangkap langsung ke gudangnya tidak lagi hanya di toko seperti di Pekanbaru, Kaltim, Surabaya gudangnya sudah kami temukan," jelas Hendri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement